Bertepatan dengan Hari Museum Nasional, 12 Oktober 2023, Mbak Ira Lathief, founder dari Wisata Kretif Jakarta memberikan Give Away (GA) berupa kunjungan ke museum Satria Mandala. Acara ini pun sebagai bentuk perayaan 15 tahun keberlangsungan karir sosok Ira Lathief menjadi seorang tour guide.
Museum Satria Mandala, terletak di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Menuju ke sana tidaklah sulit, karena lokasinya yang berada di pinggir jalan utama sehingga aksesnya bisa dikatakan cukup mudah. Diresmikan pada 5 Oktober 1972 oleh mantan Presiden Soeharto, tepat pada HUT TNI ke-27. Normalnya, tiket masuk museum hanya Rp.5.000 per orang dan jam operasionalnya yakni pukul 08.00 -- 17.00 WIB.
Sebelum disahkan menjadi Museum Satria Mandala, bangunan yang berdiri di atas lahan sebesar 56.670 m merupakan tempat tinggal Ibu Ratna Sari Dewi, istri mendiang Bung Karno. Tak hanya sebagai rumah tinggal, bangunan ini sengaja diberikan Bung Karno sebagai penghiburan untuk istrinya yang sejak awal menikah memiliki duka amat mendalam. Sehari setelah pernikahannya dengan Soekarno, ibunda dan adik kandungnya yang bernama Yaso meninggal dunia karena insiden hara-kiri dengan alasan Naoko Nemoto, nama asli Ratna Sari Dewi, memutuskan menjadi seorang mualaf. Inilah yang menjadi cikal bakal bangunan ini dulunya diberi nama Wisma Yaso.
Berkisah tentang Wisma Yaso tentunya kita ingat ada kisah pilu di dalamnya, yakni ketika sosok Bung Karno diasingkan di sana saat berstatus menjadi tahanan. Wisma Yasoo menjadi saksi Sang Proklamator menjalani masa tua dengan sakit yang diderita juga dijauhkan dari orang-orang terkasihnya. Tempat ini menjadi persemayaman terakhir sebelum beliau dimakamkan di Blitar.
Museum satria mandala adalah gambaran visual proses perjuangan para tentara Indonesia dalam upaya membela bangsa. Terdapat 74 diorama yang menggambarkan peran TNI kala itu. Ada pula beragam koleksi lencana, tongkat kehormatan, dan koleksi senjata yang dulu digunakan tentara-tentara kita dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.
Pada kunjungan hari ini kami secara langsung mendapatkan guided dari Mba Ira juga Pak Adi sebagai staf museum. Tanpa berlama-lama kami langsung diajak masuk ke ruang pertama museum, kami disambut oleh replika naskah proklamasi yang berukuran sangat besar. Hal ini tentu saja menciptakan aura perjuangan dan kemerdekaan yang begitu terasa, sebagai mood mengawali tur hari ini.
RUANG DIORAMA 1
Ruangan ini berbentuk seperti lorong yang memuat kumpulan  diorama-diorama sebagai gambaran perostiwa penting sepanjang perjuangan rakyat Indonesia. Pada tiap diorama ada keterangannya masing-masing, sehingga kita tidak diberi kesempatan untuk menerka-nerka atau kebingungan.
RUANG JENDERAL SOEDIRMAN & OERIP SOEMOHARDJO
Membahas tentang perjuangan tentara nasional kita, hal yang mustahil jika mengingat sosok Jenderal Besar Soedirman sebagai salah satu penerima pangkat Jenderal Bintang 5 selain Jenderal A.H Nasution dan Jenderal Soeharto mantan presiden RI. Beberapa barang peninggalan Jenderal Soedirman tersimpan di sini, terdapat jubah, tas kerja, medali hingga Surat Kematian. Soedirman wafat di usia 34 tahun karena sakit paru-paru yang dideritanya. Namun hal itu tak bisa menghentikan semangat juangnya, menggunakan tandu yang diusung para prajuritnya, Soedirman tetap memimpin perjuangan secara gerilya.
Di sebelah ruangan Jenderal Soedirman, ada ruang yang berisi barang peninggalan Letnan Jenderal Oerip Soemorhadjo yang kala itu menjabat sebagai wakilnya. Pada tahun 1964 Jenderal Oerip mendapatkan penghargaan gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Jenderal Oerip dikenal dengan sebuah pernyataannya : Aneh, satu negara zonder tentara. Yang dimaksudkan, sangatlah aneh apabila suatu negara tidak atau tanpa memiliki tentara di dalamnya. Ini adalah bentuk keresahan Jenderal Oerip pada Indonesia yang saat itu belum membentuk tentara nasional.
 Â
Ruang Abdul Harris Nasution
Beliau merupakan satu-satunya jenderal yang selamat pada gerakan pembantaian yang dilakukan PKI di malam 30 September 1965. Nahasnya, justru anak perempuannya, yakni Ade Irma Suryani dan Kapten Piere Tendean sang ajudanlah yang menjadi korban pemberontakan tersebut. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 46/ABRI/1997 pada 30 September 1997, A.H Nasution mendapatkan pangkat kehormatan sebagai Jenderal Besar TNI.
Â
Ruang Jenderal Soeharto
Terdapat foto-foto kegiatan Soeharto, patung, beserta seragam miliknya. Beliau bersama dengan A.H nasution sama-sama mendapatkan pangkat Jenderal besar tepat pada 5 Oktober 1997 saat perayaan HUT TNI ke 52.
Ruang Koleksi Tanda Pangkat
Terdapat koleksi tanda pangkat Polri dan TNI dalam ruangan ini. Anyways, jangan heran kenapa ada koleksi Polri di antara koleksi milik TNI. Awalnya, pada tahun 1962, TNI digabungkan dan Kepolisian disatukan. Setelahnya resmi dipisahkan pada tahun 1999.
RUANG DIORAMA 2
Melanjutkan ruang Diorama 1 ruang ini berisikan diorama- diorama seperti : Pertempuran lima hari lima malam di Palembang, pertempuaran Cibadak Sukabumi, penumpasan peristiwa 3 daerah di Pekalongan, dan masih banyak lagi.
Ruang ini berisikan foto-foto jenderal yang pernah menjabat sebagai panglima TNI.  Mulai dari  Letnan Jenderal Soedirman, Jenderal Major TB Simatupang, Jenderal TNI Abdul Haris Nasution, Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma, sampai dengan Jenderal TNI Andika Perkasa. Sementara Laksamana TNI Yudo Margono belum ada fotonya, mungkin karena beliau masih menjabat, ya.
Selain itu ada pula seragam-seragam yang pernah dipakai laskar rakyat jaman revolusi dulu.
Ruang Senjata
Beragam senjata yang dipakai tentara kita dalam proses perjuangannya dipamerkan di sana. Walau tak semua, namun koleksi yang ada terbilang cukup banyak. Tiap senjata memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Ada yang buatan bangsa sendiri dan ada pula hasil rampasan dari bangsa lain. Pun ada koleksi Alutsista, yakni Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia.
Taman Soekarno
Puas mendokumentasikan semua yang ada di indoor museum, saatnya kami diajak ke area outdoor. Terdapat Taman Soekarno di bagian belakang gedung museum. Dari cerita Mbak Ira, saat masih menjadi Wisma Yaso, kolam tersebut dulunya merupakan tempat bersantai Soekarno dan Ratna Sari Dewi sambil memberi makan ikan-ikan mereka.Â
PESAWAT DAKOTA RI-001
Budaya gotong royong sudah terpupuk sejak dulu pada bangsa kita. Salah satu bentuk konkritnya adalah pembuatan pesawat Dakota RI-001 Seulawah. Pesawat ini merupakan hasil sumbangan masyarakat Aceh sebagai bentuk dukungan pada rencana TNI AU yang ingin memiliki pesawat angkut sendiri. Nama Seulawah sendiri berarti Gunung Emas. Pengumpulan dana ini terorganisir dengan baik, melalui pembentukan Panitia Dana Dakota yang diprakarsai oleh KSAU Komodor Udara S. Suryadarma dan diketuai oleh Djuned Yusuf dan Muhammad Al Habsji, yang akhirnya mampu mengumpulkan dana sekitar 260.000 dolar.Â
Akhirnya tur sore ini pun ditutup dengan bincang-bincang senja. Banyak hal yang kami dapatkan dari acara hari ini, salah satunya adalah mengembalikan memori masa kecil saat kali pertama mengunjungi tempat ini.Â
Kami berharap semoga semakin banyak orang yang tertarik mengunjungi museum. Bukan hanya karena tuntutan tugas dari pendidikan formal, tapi juga karena memang ingin terus melestarikan sejarah dan budaya bangsa. Selamat hari MuseumNasional.
Salam sayang,
Ajeng Leodita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H