Karena keterbatasan waktu, di antara lokasi-lokasi yang kami lewati, hanya Museum Sejarah Jakarta (MSJ) yang kami akses sampai ke dalam. Â
Di MSJ kami disambut oleh Koordinator Tourist Guide Unit Pengelola (UP) Museum Kesejarahan Jakarta, Amat Kusaini Al Alexs.
Pak Alex menceritakan garis besar sejarah pembangunan MSJ ini. Bangunan yang dibangun pada  1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Joan van Hoorn. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai Balai Kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia).
Bangunan ini sengaja dibuat seperti Istana Dam di Amsterdam. Banyak ruangan dalam bangunan ini, salah satunya adalah penjara bawah tanah dan wanita untuk para pemberontak kepemimpinan Belanda saat itu. Pak Alex mengatakan penjara bawah tanah yang ada di Gedung ini hanya digunakan untuk memenjarakan itu selama 2 hari saja, karena setelah itu mereka akan menghadapi pengadilan.
Lapangan Fatahillah yang bisa dilihat dari bangunan lantai 2 MSJ adalah lokasi eksekusi hukuman untuk para terdakwa. Sengaja dibuat di lapangan agar banyak mata yang memandang prosesi menyeramkan itu, sehingga tidak ada lagi yang berani melakukan perlawanan terhadap segala aturan yang diberlakukan pemerintah Belanda. Hukuman yang diberlakukan Belanda saat itu hanya 2 yakni, hukuman gantung atau hukuman penggal. Hukuman penggal dilakukan dengan menggunakan sebuah pedang yang dinamakan Pedang Keadilan.