Kamis, 21 September 2023 ini saya menghadiri undangan Mbak Ira Latif untuk mengikuti program dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jakarta, dalam kegiatan yang diberi tajuk " Tur Spesial & Sharing Tentang Kota Tua & Museum Sejarah Jakarta".
Pukul 9 pagi, kami semua sudah berkumpul untuk melakukan pendaftaran ulang. Pamela Zaelani sebagai Tour Guide Tenaga Ahli UPK Kota Tua membersamai kami. Saya dan beberapa Kompasianer senior yakni, Pak Taufik Uieks dan Pak Sutiono Gunadi, bersama hampir 30 orang peserta lain temasuk tim HPI sendiri bergabung dalam kegiatan ini. Tur kali ini berkonsep Walking Tour. Kami diajak untuk berkeliling area Kota Tua dengan berjalan kaki.
Mulanya sosok Jan Pieterzoon Coen yang kala itu berhasil membumihanguskan Jayakarta ingin mengganti nama area ini menjadi Nieuwe Hollandia. Akan tetapi ditolak oleh dewan pimpinan VOC yang disebut De Heeren Zeventien yang akhirnya mengubah Jayakarta  menjadi Batavia.Â
Kota Tua Jakarta atau sering pula disebut Kota Tua Batavia memiliki luas 139 hektar. Melintasi area Jakarta barat dan Pusat. Sejumlah area menjadi ikon Kota Tua yang dibangun penuh kisah yang mengiringinya. Memiliki bangunan-bangunan berciri Eropa yang punya ceritanya sendiri-sendiri.
Yuk, ikut kami berkeliling.
Museum Keramik & Seni Rupa.
Museum ini terletak di jalan Pos Kota No. 2, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat. Bangunan ini sempat mengalami beberapa kali pergeseran fungsi. Mulanya dibangun dan difungsikan sebagai Kantor Pengadilan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian digunakan untuk asrama tentara KNIL atau NMM (Nederlandsche Mission Militer). Oleh pemerintah Indonesia setelah Kemerdekaan, Gedung ini dimanfaatkan sebagai asrama Militer TNI. Pernah juga dijadikan cagar budaya yang dilindungi, Kantor Walikota Jakarta Barat, dan Balai Seni Rupa Jakarta. pada tahun 10 Juni 1977 diresmikan sebagai Museum Keramik oleh Gubernur Ali Sadikin. Selanjutnya di tahun 1990 berubah menjadi Museum Keramik dan Seni Rupa. Â
Kantor Pos Indonesia
Bangunan ini merupakan kantor Pos Indonesia yang pertama. Diresmikan oleh Gubernur Gustaaf Willem Baron Van Imhoff pada 20 Agustus 1746, saat dirinya menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda ke-25 pada saat itu.
Bangunan ini dibangun untuk menyimpan surat atau paket pos di masa itu. Di jaman itu tidak ada kurir yang berteriak "pakeeett!!" Jadi, para penerima surat atau paket harus datang sendiri ke kantor pos untuk menjemputnya. Saat ini bangunan itu selain masih difungsikan sebagai Kantor Pos juga dimanfaatkan sebagai sentra UMKM dan kuliner.