Walau sudah paruh baya, Ibu tetap memiliki pesona. Selain canti dan pintar masak, Ibu juga istri yang penurut. Mungkin itu pula yang membuat Bapak sangat mencintainya. Iya, sangat mencintainya.
"Bu, Bapak ke mana? Mobilnya nggak ada di garasi?"
"Mungkin urusan kantor mendadak, Nai. Sabar, nanti juga pulang."
"Sejak kapan Bapak mau berurusan dengan pekerjaan saat akhir pekan?"
Ibu bergeming,tak satu pun muncul jawaban.
Sejenak Naira meninggalkan Ibu menuju ruang tamu, spot terbaiknya di tiap Sabtu.
Dari ruang tamu siapapun bisa melihat taman depan beranda. Tempat favorit kedua buat ibu setelah dapurnya. Di taman itu banyak sekali jenis bunga. Pagi sampai sore adalah saat yang tepat menikmati koleksi tanaman ibu, namun jika malam hari seperti ini, pencahayaan dari lampu taman adalah pemandangan lain yang juga cukup menyenangkan.
Baru saja Naira menyandarkan kepala di sofa, tiba-tiba ia dikejutkan dengan kemunculan seekor kupu-kupu yang masuk ke ruang tamu tanpa ijin dulu. Tapi kenapa datangnya malam-malam? Padahal banyak bunga yang sedang mekar di taman. Apa kupu-kupu ini lebih berminat dengan masakan Ibu daripada madu? Batin Naira.
"Bu, ada kupu-kupu di ruang tamu," lapor Naira setengah berteriak.
"Rumah kita mau kedatangan tamu artinya, Nai." balas Ibu dari dapur.
Saat masih kecil, Naira kerap bingung dengan jawaban-jawaban ibu yang menurutnya tidak berkaitan dengan pertanyaan yang dilontarkan. Ya, termasuk tentang kupu-kupu itu. Mulanya ia bingung apa hubungannya antara kupu-kupu dengan datangnya tamu? Ternyata itu merupakan mitos yang banyak dipercaya. Hadirnya kupu-kupu dipercaya sebagai firasat datangnya tamu ke rumah yang disambanginya. Ibu sangat percaya pada mitos. Sebagai keturunan Jawa tulen, ibu percaya pada banyak sekali mitos. Tentang anak gadis yang tak boleh makan di depan pintu katanya jauh jodoh, kejatuhan cicak katanya akan ada musibah, tak boleh bersiul di malam hari karena mendatangkan roh jahat ke dalam rumah, dan masih ada seribu seratus tiga puluh sekian lagi mungkin deretan mitos-mitos yang belum sempat dijelaskan. Terlahir sebagai generasi masa kini membuat Naira merasa hal itu hanya karangan orang-orang dulu untuk menakuti anak-anak mereka.