Setelah memarkir motor, kami pun kembali ke pintu utama. Security tadi mengarahkan untuk masuk ke bangunan baru. Walaupun Covid sudah berlalu, namun di bagian depan pintu masuk tersedia dispenser untuk hand sanitizer.
Yuk, ikut saya sowan ke "rumah" mendiang Pak Bas.
1.Loket
Masuk di pintu utama di Gedung II yang ukurannya tidak terlalu lebar, kami langsung menemukan loket. Ada seorang petugas yang standby di sana. Untuk masuk ke sini, kita akan dikenakan tarif yang jauh lebih murah dari museum yang lain. Hanya 2.000/orang. Dikarenakan tarifnya yang murah, bawa saja uang pas agar petugas yang berjaga tidak kesulitan mencari uang kembalian, tapi lebih bagus kalau anda tidak perlu menagih uang sisanya. Hihihi. Selesai membayar, kami pun langsung mulai menjelajahi museum yang terasa homy ini.
2.Ruang Publik
Tepat di dinding seberang meja pembelian tiket kami sudah disuguhi 2 buah banner. Pertama, Â berisikan jargon bahwa Basoeki Abdullah bukan hanya sekadar pelukis melainkan juga berperan sebagai pendidik seni, duta lukis Indonesia, pejuang bangsa, dan yang terakhir tentulah sebagai sang maestro lukis. Banner kedua berisikan testimoni para sahabat tentang sosok Basoeki Abdullah.
Di usia 10 tahun, Basoeki Abdullah sudah mampu melukis sosok Mahatma Gandhi. Sejak kecil beliau memang memiliki kemampuan menggambar perspektif, yakni cara menggambar suatu objek riil ataupun imajiner yang menitikberatkan pada penglihatan mata ataupun menurut pandangan mata seorang penggambar. Cukup dengan melihat foto Mahatma Gandhi, Basoeki kecil sudah bisa membuat gambar 3 dimensinya.