Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

LKS Katanya Sih Tidak Wajib, tapi?

31 Agustus 2023   11:50 Diperbarui: 3 September 2023   07:24 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kelas 1, kelas kami memberlakukan pembayaran iuran kas sebesar 10.000/bulan. Zaki termasuk yang tidak tertib membayar. Karena terhitung hingga saat ini, total yang dibayarkan baru 20.000 saja. Padahal kebutuhan kelas yang menggunakan dana Kas cukup banyak. 

Mulai dari donasi bulan dana PMI, kebutuhan pembelian kenang-kenangan wali kelas dan pembelian bingkisan saat kenaikan kemarin, juga dana sukarela untuk murid yang sakit. Walaupun kas ini sifatnya wajib, tapi kami tetaplah manusia. 

Kami berusaha memahami kondisi keuangan masing-masing orangtua murid. Sehingga kami tidak bisa memaksakan. Dan bersyukurnya saya, wali murid di kelas anak saya ini juga tidak terlalu "berisik" mengomentari kondisi itu.

Sebagai korlas, saya berinisiatif untuk mengajak bicara orangtua Zaki. Biar bagaimanapun fungsi kami bukan sekadar "tukang tagih" uang kas, kan? 

Kami juga berusaha menjadi penengah antara guru dan wali murid, keluhan yang mungkin orangtua murid malu untuk menyampaikan pada wali kelas bisa dibicarakan melalui kami lebih dulu. Namun karena melihat orangtua Zaki yang tidak komunikatif ini, membuat saya gemas ingin bertanya dulu perihal kondisi yang sebenarnya terjadi.

Di sini saya melakukan komunikasi dengan Ibu dari Zaki, beliau mengatakan bahwa ayahnya Zaki hanya pengemudi ojol yang memberi nafkah hanya 20.000/hari. Uang itu untuk kebutuhan mereka sehari-hari saja tidak cukup. 

Satu keluarga terdiri dari Ayah, Ibu, dua orang kakak Zaki dan Zaki. Ayah Zaki kerap marah jika istrinya meminta uang untuk kebutuhan sekolah. Adegan marah-marahnya pun di depan anak-anaknya. Kondisi ibunya Zaki pun tidak bekerja.

Di sini saya sedikit kesal melihat sikap Ibu Zaki yang terkesan pasrah dengan kondisi mereka sehingga efeknya berpengaruh pada pencapaian Zaki di kelas. 

Zaki memang terlihat berbeda. Dia kerap sendirian, melamun, tidak berkomunikasi dengan teman-temannya. Mungkin anak ini depresi melihat kondisi kedua orangtuanya yang kerap ribut. Ia juga mungkin merasa malu di sekolah karena jangankan bisa membaca, buku pun tidak punya. Yang saya takutkan bukan hanya itu, bagaimana jika Zaki terkena gangguan mental?

Sumber : https://sma.kemdikbud.go.id/
Sumber : https://sma.kemdikbud.go.id/

PENGADAAN LES

Di kelas anak saya ini, wali kelas menyediakan les atau kegiatan belajar di luar jam pelajaran sekolah yang dilakukan di rumahnya, dengan tarif 100.000/anak/bulan. Untuk 4 kali pertemuan (seminggu 2x dan 1 jam/pertemuan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun