Setelah naskah asli ditandatangani, Bung Karno menyerahkannya pada Sayuti Melik. Bukan tanpa sebab mengapa Sayuti Melik yang dipilih untuk mengetik naskah tersebut, melainkan karena beliau mahir dalam dunia tulis menulis dan juga berprofesi sebagai jurnalis kala itu.
Namun, ada yang menggelitik di sini, yaitu keberadaan naskah asli tulisan tangan Bung Karno yang sempat dinyatakan hilang. Ternyata, kertas itu disimpan dengan baik oleh B.M Diah dan baru dikembalikan pada pemerintah era Soeharto pada 1993. Saat ini naskah tersebut ada di Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
Banyak foto lain yang saya abadikan selama berada di sana selain ruangan-ruangan penting dalam proses perumusan naskah proklamasi ini.
Monggo check
Lepas dari ruangan-ruangan itu, seharusnya kami bisa menuju lantai 1, yang katanya kamar tidur dari Laksamana Meda.
Akan tetapi, sehubungan dengan adanya informasi bahwa ruangan tersebut masih diperbaiki, maka kami langsung dialihkan ke bunker yang posisinya ada di halaman belakang museum.
Berdasarkan informasi dari tour guide kami, dahulu, bunker tersebut hanya menyimpan dokumen-dokumen penting milik Laksamana Maeda.
Namun, dari sumber-sumber yang saya dapat dari internet, bunker tersebut dulunya punya jalan tembus menuju Istana Negara. Tapi, itu dulu. Banyak perubahan terjadi seiring berkembangnya zaman, kan?