Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fabel - Lala Si Lalat Kecil yang Tertidur Saat Ibunya Bercerita

16 Maret 2023   03:51 Diperbarui: 16 Maret 2023   03:55 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu kembali menasehati Lala, bahwa lebih baik mencari makanan di tempat yang lebih aman, yang sekiranya tidak ada hal yang bisa membahayakan eksistensi mereka. Lalat memiliki masa hidup yang pendek, hanya sekitar 30 hari saja. Ibu ingin Lala tetap hidup sampai batas akhir usianya bukan karena sebuah kesengajaan yang dilakukan oleh manusia yang membenci keberadaan mereka atau pemangsa lain yang menginginkan mereka sebagai makanannya.

Ibu Lula selalu menceritakan banyak dongeng pada Lala sebelum tidur. Dalam tiap ceritanya, selalu diselipkan petuah-petuah penting untuk anak kesayangannya. Sebenarnya Lala masih ingin mendengarkan dongeng-dongeng ibu, namun sayang sekali, matanya tak bisa diajak bekerjasama, tubuhnya pun lelah luar biasa. Lala akhirnya tertidur sepanjang ibunya bercerita.

*

Lala bangun setelah dua ratus menit tertidur, karena kaum lalat memang tidak pernah bisa tidur berlama-lama. Mereka harus tetap waspada dari para predator yang akan datang memangsa. Lala biasanya terpaksa bangun jika mendengar suara kodok di sekitar mereka. Kodok adalah salah satu predator yang paling Lala benci karena ayah Lala mati dimangsa hewan berjenis amfibi itu.

Saat Lala membuka mata, Ibunya sudah pergi, pastinya ia sedang mencari makanan. Biasanya Ibu mencari makanan di area yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Ibu Lula sudah tua, sehingga ia lebih mudah lelah dari pada lalat-lalat muda seperti Lala.

Tujuan hari ini, aku akan kembali ke rumah yang kemarin lagi, kata Lala dalam hati. Lala mengepakkan sayapnya cepat-cepat, energinya sudah kembali, dengan penuh semangat tubuhnya melesat meninggalkan area persawahan.

Sepanjang perjalanan, Lala kecil bertemu dengan gerombolan kawan-kawannya. Ada Una, Omi, dan masih banyak lagi. Mereka memang sudah membuat janji untuk kembali ke tempat kemarin. Lala dan kawan-kawannya membayangkan hari ini akan mendapatkan lebih banyak makanan yang akan membuat perut mereka menjadi sangat kenyang.

Belum sampai di tempat tujuan, Lala sudah mencium aroma madu. Indera penciuman lalat memang cukup tajam. Tapi, Lala mencium aroma makanan bukan melalui hidung. Lalat punya antenna dan bulu-bulu halus yang mereka gunakan untuk mendeteksi keberadaan sumber makanan. Sehingga mereka memang hanya akan mendatangi tempat-tempat di mana makanan tersedia.

 "Ayo, semangat, tempatnya sudah dekat, kawan-kawan," perintah Lala seperti seorang komandan. Kepakkan sayap para lalat pun semakin cepat, mereka ingin buru-buru sampai ke lokasi yang menjadi tujuan.

Akhirnya kawanan lalat itu pun sampai di depan sebuah rumah mewah. Lala memberi aba-aba agar mereka masuk dengan hati-hati. Lala terbang paling depan, sementara kawan-kawannya mengikuti di belakang. Lala terbang perlahan mendekati sumber makanan yang aromanya semakin kuat. Mereka akhirnya sampai di ruang makan di mana tersedia banyak sekali makanan kesukaan para lalat di sebuah meja besar. Mata lalat yang memiliki hampir empat ribu lensa membuat mereka bisa memeriksa keamanan di sekitarnya. Setelah memastikan kondisi aman, para lalat menyebar ke makanan-makanan yang mereka inginkan. Lala mulai mendekat ke sebuah cawan besar berisi madu. Lala hinggap di pinggiran cawan kemudian menjilatinya perlahan. Ia begitu menikmati santapan pertamanya ini. Una si lalat buah memilih tumpukkan stroberi merah yang tampak matang sempurna.

"Omi, kau mau ke mana?" tanya Lala dengan suara berbisik, matanya menangkap Omi perlahan justru bergerak menjauhi meja makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun