Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dapoer Teh Mulan

12 Februari 2023   17:24 Diperbarui: 12 Februari 2023   17:51 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulan duduk merenung di depan meja makan. Hanya ada nasi putih dingin yang tersedia untuk makan siang. Matanya berair, hampir menangis, namun buru-buru ia seka setelah melihat Ariel muncul dari kamar tidur mereka.

"Nangis lagi? Mau sampai kapan? Pandemi ini jadi masalah buat semua orang, Ma. Jadi, bukan cuma kita yang punya masalah kayak gini. Harusnya kamu memang nggak menikah sama orang kere kayak saya, harusnya kamu kejar mantan-mantanmu yang tajir melintir itu."

Mulan ingin menjadi tuli, ia bosan mendengar kalimat Ariel yang itu-itu saja selama setahun belakangan. Ariel seakan lupa, bahwa Mulan bukan berasal dari keturunan orang susah. Menikah dengan Ariel adalah sebuah ujian besar, namun ia masih berusaha sabar karena cintanya yang teramat besar. Tapi pandemi ini menimbulkan penyesalan. Jika saja dia menikah dengan orang berada seperti harapan kedua orang tua, mungkin mereka masih punya uang simpanan kala perekonomian remuk redam seperti ini.

"Aku mau ke resto, ya?" ujar Mulan tiba-tiba.

"Ngapain? Nanti cuma nambahin pikiran kamu. Terakhir ke sana dua minggu lalu saya sudah beres-beres dibantu si Dani. Kalau kamu ke sana ,terus ada Dani, nanti dia nagih gajinya yang terakhir, saya masih belum ada uang," balas Ariel.

"Nggak apa-apa, nanti aku ngomong sama dia. Aku bosan di rumah."

"Ya, sudah. Mau diantar?"

Mulan menggeleng, ia memang ingin pergi sendirian ke restoran mereka yang saat ini sudah tutup karena biaya operasional yang membengkak sementara tak ada pemasukan. Mungkin Mulan ingin melanjutkan tangis yang tertahan tadi. Ia tak akan bisa melakukannya jika Ariel ada di sebelahnya.

*

Dada perempuan bertubuh mungil itu nyeri melihat gerbang resto yang masih tertutup rapat di jam 2 siang ini. Biasanya sudah banyak mobil dan motor pelanggan dan karyawan yang terparkir di halamannya. Tapi pemandangan siang ini begitu mengenaskan. Tanaman-tanaman hijau yang selalu terawat kini mengering. Daun-daun dari pohon manga yang rindang gugur berserakan di mana-mana. Plang resto bertuliskan Dapoer Teh Mulan dipenuhi debu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun