Jakarta sudah kembali seperti sebelum masa pandemi. Kemacetan terjadi di mana-mana. Tak hanya di jalan-jalan protokol ibukota, jalan-jalan tikus pun mengalami hal serupa.
 Tingginya penjualan kendaraan bermotor baik roda dua mau pun roda empat memiliki kenaikan yang signifikan setelah pandemi ini, hal yang paling mempengaruhi adalah banyak masyarakat yang terkena PHK dari pekerjaan sebelumnya kemudian beralih menjadi karyawan perusahaan transportasi online atau yang biasa disebut Ojek Online.
Pembahasan ini saya fokuskan pada Ojek Motor, ya.
Perusahan ojek online bisa membidik pasar dengan sangat baik. Mereka menjadi jembatan antara para merchant dengan para customer. Apa saja yang disediakan dalam aplikasi ojek online? Mulai dari jasa mengantar orang, mengantar paket, memesankan makanan dan minuman, membeli kebutuhan sehari-hari, sampai dengan jasa perawatan tubuh sampai perawatan rumah.
Banyak orang yang merasa terbantu, mereka bisa memiliki waktu yang efektif dengan adanya jasa ojek online ini. Banyaknya diskon yang diberikan pihak penyedia jasa pun salah satu godaan yang tak bisa dibiarkan begitu saja. Ojek online seakan menjadi kebutuhan utama untuk para masyarakat "mager" alias males gerak, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Lalu, apa hubungannya antara ojek online dengan tema artikel ini?
Jadi, sebagai customer, tentunya ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik. Di antaranya, kecepatan pengantaran, keramahan & kesopanan pengemudi, kualitas produk yang dipesan, diskon, dan masih banyak lagi.
Kecepatan pengantaran ini menjadi salah satu unsur terpenting dari sebuah jasa pembelian online. Rekan-rekan pasti pernah melihat ada pengemudi ojek online yang cara berkendaranya sudah seperti Mas Marc Marquez, kan?Â
Motor ditunggangi seperti sedang menjadi joki balap liar. Ia bisa meliuk-liuk dengan motornya di belokan-belokan tajam tanpa peduli setelah belokan tersebut apa yang akan mereka temui.Â
Mungkin ada orang yang hendak menyeberang, atau ada mobil/motor lain yang baru mogok dan posisinya masih di tengah jalan, dan hal-hal lain yang bisa menjadi pemicu kecelakaan.
Namun, bukan tanpa alasan para pengemudi tersebut melakukannya. Alasan utamanya, tidak ada customer yang ingin menunggu berlama-lama untuk mendapatkan apa yang mereka mau, karena merasa sudah membayar dengan tarif yang lebih mahal dari pada jika bertransaksi langsung ke tempat.Â
Hal tersebut yang terkadang membuat para pengemudi menjadi sering tidak mengikuti aturan dalam berlalu lintas. Kebut-kebutan, mengabaikan lampu lalu lintas, menggunakan handphone saat berkendara, adalah hal yang paling sering kita jumpai di jalan.Â
Para pengemudi ojek online menjadi tidak fokus pada keselamatan diri sendiri mau pun orang-orang di sekitarnya. Hal itu dilakukan hanya untuk tidak ingin mengecewakan customer. Rating penilaian untuk pengemudi bisa mempengaruhi statusnya di perusahaan tersebut.Â
Jika customer memberikan rating bintang 2 atau 3 mereka bisa dipanggil oleh pihak perusahaan bahkan akun mereka bisa di-suspend alias akun mereka diberhentikan sementara bahkan bisa selamanya. Hal itu jelas merugikan pihak pengemudi.
Saya, mungkin juga kita semua, mengharapkan ada poin yang diutamakan  antara penyedia jasa ojek online, pengendara ojek online, dan juga customer-nya, yaitu tumbuhnya sikap saling pengertian.
Untuk pihak management perusahaan transportasi online, bijaklah kepada para pengendara yang bekerja untuk perusahaan anda. Jangan suspend menjadi senjata agar si pengendara selalu mengikuti kemauan customer. Tolong beri training pada para pengendara baru bahwa mereka tak hanya membawa nama baik perusahaan, melainkan membawa nyawa saat bekerja.Â
Sehingga syarat mendaftar untuk menjadi pengemudi online tidak hanya sebatas memiliki Motor, SIM dan STNK saja, tapi juga memiliki pemahaman sebagai pengendara kendaraan bermotor yang baik.
Untuk pengemudi, memberikan pelayanan cepat memang bagian dari tanggung jawab dalam bisnis ini. Selain mengejar rating juga pasti mengejar pesanan/order lain setelahnya. Makin cepat order yang sebelumnya selesai, maka makin cepat order selanjutnya masuk. Begitu rumusnya, tapi jangan sampai hal tersebut justru membahayakan diri sendiri maupun orang lain.Â
Selama berkendara yang anda temui bukan hanya sesama pengendara kendaraan bermotor. Tapi ada juga para pejalan kaki yang keselamatannya juga penting untuk dijaga. Ingat, belum ada istilahnya, orang naik motor menabrak pejalan kaki, tapi pejalan kakinya yang dianggap bersalah.
Terakhir, untuk customer, jangan selalu minta semua serba cepat, pengendara ojek online itu punya tanggung jawab besar selama berkendara. Selain harus menjaga keselamatan diri sendiri, juga harus menjaga keselamatan orang lain. Mereka juga punya keluarga, loh, yang berharap si pencari nafkah bisa pulang ke rumah dengan sehat dan selamat.
Catatan ini juga sebagai pengingat untuk saya pribadi agar bisa menjadi customer yang lebih sabar. Percuma motor anda sehat, surat-surat ada, dan atribut lengkap jika anda tak cakap berlalu lintas.
Ingat, tidak semua ditanggung BPJS, termasuk nyawa kita.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H