"Nanti aku cari dulu, Mbak. Gajiku sudah habis. Padahal hari masih panjang."
"Makanya, gaji jangan cuma UMR. Cari lebihan, part time apa, kek. Buat apa tinggal serumah kalau masalah begini aja kamu nggak bisa cari solusi. Mendingan mamamu tinggal sama Tria. Lebih terjamin, Tria tahu apa yang mamamu butuh."
Rasanya seperti ditampar petir di hari yang panasnya menyengat. Aku sudah maksimal melakukan yang aku bisa. Aku juga sudah coba meminjam uang kemana-mana. Tapi keberuntungan belum berpihak. Aku tak bisa apa-apa.
Kuceritakan kejadian itu pada Tria. Sebagai adik, Tria sangat membelaku, ia menghubungi kakak sepupuku dan menjelaskan bagaimana aku sudah berusaha semampunya. Dan Tria berjanji akan membantuku memeperhatikan mama.
Lagi dan lagi di mata keluarga nama Tria semakin harum mewangi. "Untung ada Tria" seperti sebuah ungkapan istimewa yang meneduhkan.
*
Dua minggu sebelum perayaan ulang tahun mama, Tria menemuiku di kantor. Ia mengatakan akan membuat perayaan sederhana di rumahnya sebelum membuat acara undangan di restoran . Aku saja senang mendengarnya, apalagi mama.
"Kira-kira menunya yang mama suka aja kali ya, Mbak?'
"Iya, kan hari spesialnya mama, buat mama merasa benar-benar dimanja,"