Mohon tunggu...
Bathari Enggar
Bathari Enggar Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

No one would understand the word 'love' like i do.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belum, Namun Akan Berhasil

7 April 2024   22:52 Diperbarui: 7 April 2024   22:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia memandang langit-langit kamarnya dengan penuh pertanyaan, kekecewaan, serta kehampaan. Sedari tadi, pertanyaan 'mengapa?' kerap berputar di kepalanya. Dadanya sesak, matanya basah, dan tubuhnya seolah dihancurkan oleh kabar yang baru datang.

Menurutnya, dia sudah berusaha keras.

Dia belajar, dia berdoa, dia kerap membantu kawan-kawannya. Lalu dimanakah letak salah-nya? Kurang dalam-kah segala ilmu yang ia resapi tiap malam? Kurang tinggi-kah semua doa yang ia panjatkan?

Apa yang menjadi penyebab kehancurannya?

Ia selalu menundukkan kepalanya. Selalu menuangkan segala cerita dalam sujud-nya. Selalu mengadahkan tangannya berusaha menampung doa. Selalu menikmati hujan, yag merupakan curahan dari rahmat Sang Maha Kuasa.

Lalu mengapa, Ya Allah?

Tepat setelah itu dia sadar, dia masih jauh dari kata berusaha. Dia masih jauh dari kata rendah hati. Dia masih jauh dari kata berserah diri. Dia masih teramat jauh dari segala kata kata yang menggambarkan kesetiaan seseorang pada agamanya.

Ya Allah, maafkanlah hambamu.

Maafkanlah segala sombong yang kadang terbesit dalam hatinya. Maafkanlah segala sakit hati yang pernah ia ciptakan sebelumnya. Maafkanlah segala dosanya. Baik yang sengaja, maupun tidak sengaja.

"Sesungguhnya berserta kesulitan ada kemudahan."

 

Tangisnya tak kunjung usai. Mukenah yang dikenakannya enggan dilepas walau hanya sebentar saja. Ditanyalah ia; "Apa lagi penyebabmu bersedih kali ini?"

Dia menjawab dengan isak tangis.

"Bagaimana jika aku sudah berusaha lebih, tapi masih belum dapat hasil yang aku mau?"

Dia kembali menangis. Terus menangis. Mengkhawatirkan hasil yang tak sebanding dengan usahanya. Memikirkan doa yang tak kunjung diijabah olehnya.

Sungguh, Allah Maha Mengetahui. Allah menuliskan takdir dan cerita yang terbaik untuk semua hamba-nya. Allah tidak akan meninggalkan kamu sendirian. Tidak akan pernah.

Maka apabila keinginanmu tidak dapat dikabulkan, percayalah.

Percayalah bahwa ada sesuatu yang lebih baik menunggumu di depan sana.

Percayalah bahwa Allah akan selalu memberikan yang terbaik untukmu.

Percayalah bahwa takdir, yang diberikan oleh-Nya, adalah yang terbaik. Yang terindah. Yang paling hangat untuk kalian semua.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun