Mohon tunggu...
Dliya Masahayu
Dliya Masahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa baru S1 Psikologi di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerasnya Budaya Ospek di Indonesia: Tradisi yang Harus Dipertahankan atau Diubah?

20 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 20 Oktober 2024   09:12 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://karakter.ditmawa.ugm.ac.id/rangkaian-kegiatan-pelatihan-pembelajar-sukses-bagi-mahasiswa-baru-ppsmb-ugm-tahun-2022/

Budaya Ospek di Indonesia telah lama menjadi topik perdebatan di kalangan mahasiswa baru dan masyarakat. Ospek atau Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus dirancang sebagai momen pengenalan mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus, budaya akademik, dan kehidupan perkuliahan. Namun, pada prakteknya, Ospek di Indonesia seringkali diwarnai dengan tekanan fisik dan mental yang tinggi, berbeda dengan orientasi kampus di luar negeri yang lebih santai dan inklusif.

Di Indonesia, Ospek sering dimulai dengan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru), yang merupakan program wajib dan syarat kelulusan. Jika seorang mahasiswa baru gagal dalam PKKMB, ia harus mengulang kegiatan tersebut pada tahun berikutnya. Di balik tujuan utamanya untuk membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan dunia perkuliahan, Ospek di Indonesia sering kali berubah menjadi ajang “pembentukan karakter” yang sangat menekan.

Mahasiswa baru biasanya diminta untuk tiba di kampus pada pagi hari, sering kali sebelum pukul tujuh, dengan menggunakan atribut yang dibuat secara khusus seperti keplek atau tanda pengenal, buku catatan, dan perlengkapan lainnya. Mereka juga harus menyelesaikan serangkaian tugas dengan tenggat waktu yang ketat. Pelanggaran sekecil apapun, seperti datang terlambat atau atribut yang kurang lengkap, bisa berakibat pada hukuman dan teguran keras dari senior atau panitia. Tekanan mental ini kadang diperparah dengan interaksi dengan Komisi Disiplin (Komdis) yang dikenal dengan sikap tegas dan kritik tajam terhadap kesalahan mahasiswa baru.

Tidak jarang mahasiswa baru merasa kelelahan secara fisik dan mental karena jadwal yang padat, minimnya waktu istirahat, serta konsumsi yang tidak memadai. Beberapa mahasiswa bahkan harus dirawat di rumah sakit akibat kelelahan atau stres yang berlebihan. Dengan segala tantangan tersebut, muncul pertanyaan: Mengapa budaya ini tetap diterapkan?

Salah satu alasan utama adalah keyakinan bahwa Ospek yang keras melatih ketahanan mental dan disiplin. Budaya ini dianggap bisa mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi tantangan perkuliahan dan dunia kerja yang penuh tekanan. Meski demikian, banyak pihak yang menilai bahwa metode ini tidak lagi relevan di era modern yang lebih menekankan pada pendekatan edukasi yang inklusif dan suportif.

Orientasi Kampus di Luar Negeri: Pendekatan yang Lebih Inklusif


Jika dibandingkan dengan universitas-universitas terkenal di luar negeri seperti Harvard, Yale, dan Oxford, budaya orientasi kampus di Indonesia terasa sangat berbeda. Di kampus-kampus elit ini, orientasi mahasiswa baru lebih diarahkan pada pengenalan kehidupan kampus dan akademik melalui kegiatan-kegiatan yang santai dan positif.

Misalnya, di Harvard University, orientasi dikenal dengan “Freshman Week”, sebuah pekan pengenalan di mana mahasiswa baru berpartisipasi dalam kegiatan sosial, acara perkenalan dengan fakultas dan staf, serta tur kampus. Tidak ada tugas berat atau tekanan fisik yang harus mereka hadapi. Tujuan utama adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan inklusif sehingga mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan nyaman.

Di Yale University, orientasi lebih bersifat sosial dan non-akademik, dengan kegiatan seperti acara makan malam di asrama, sesi interaktif dengan teman sekelas, serta acara sosial lainnya. Pendekatan ini dirancang untuk membangun komunitas dan menciptakan hubungan antar mahasiswa tanpa memberikan tekanan yang tidak perlu. Demikian pula di University of Oxford, orientasi dikenal sebagai “Freshers’ Week”, yang menekankan pada kegiatan sosial seperti tur kampus, pertemuan dengan staf pengajar, dan kesempatan untuk bergabung dengan berbagai klub dan organisasi. Tidak ada tugas berat atau ancaman hukuman bagi mahasiswa baru, melainkan lingkungan yang menyambut dan memberi ruang untuk beradaptasi dengan nyaman.

Pendekatan orientasi di kampus-kampus luar negeri ini menunjukkan bahwa mahasiswa baru bisa beradaptasi dan berkembang tanpa harus melalui tekanan fisik atau mental yang berlebihan. Pengenalan kehidupan kampus bisa dilakukan dengan cara yang lebih positif, ramah, dan membangun rasa kebersamaan diantara mahasiswa baru.

Mengapa Budaya Ospek di Indonesia Perlu Dikaji Ulang?

Budaya Ospek di Indonesia sering kali dianggap sebagai warisan dari era sebelumnya, di mana disiplin yang ketat dan hierarki senioritas sangat dijunjung tinggi. Beberapa pihak berpendapat bahwa Ospek dengan pendekatan keras membantu mahasiswa belajar menghadapi tekanan dan membentuk daya tahan mental yang diperlukan di masa depan. Namun, pendekatan ini juga seringkali dikritik karena menciptakan trauma, stres, dan bahkan kekerasan emosional bagi mahasiswa baru.

Dengan melihat contoh dari universitas-universitas di luar negeri yang menekankan pada inklusivitas, dukungan sosial, dan pendekatan yang lebih santai, ada baiknya sistem Ospek di Indonesia dikaji ulang. Penekanan pada pengembangan karakter bisa dilakukan dengan cara yang lebih positif dan suportif, tanpa harus melibatkan tekanan fisik atau mental yang tidak perlu.

Selain itu, budaya senioritas yang sering terlihat dalam Ospek Indonesia perlu ditinjau kembali. Alih-alih membangun hierarki yang kaku antara senior dan junior, orientasi bisa difokuskan pada pembinaan hubungan yang lebih sehat antara mahasiswa baru dan mahasiswa senior, yang bertujuan untuk mendukung dan membantu adaptasi mereka di lingkungan kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun