Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Kunci Perubahan

23 Desember 2022   18:16 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:27 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup adalah perjuangan. Dan perjuangan membutuhan kerja keras. Karena tanpa sebuah perjuangan, hidup akan menjadi hambar dan tak berarti. Selain kerja keras hal lain yang harus dicermati dalam kehidupan ini adalah bagaimana membuat kehidupan ini lebih hidup. Membuat kehidupan lebih hidup sederhana bagi saya diantaranya mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam bentuk sesuatu yang nyata walaupun  itu sangat sederhana. Itulah hakikat dari sebuah pendidikan karena kita tahu teori tanpa aplikasi sama juga dengan nol.

Hal ini disampaikan David Suban Koten, salah satu dosen di Politeknik Negeri Kupang, yang sudah menyabet gelar master di bidang Elektro di Universitas Brawijaya Malang bulan Oktober 2017 kemarin. Ia menyadari betul bahwa pendidikan merupakan titik sentral akan sebuah perubahan. karena dengan pendidikan, sesuatu yang masih abstrak akan menjadi nyata kalau kita benar-benar tekun dan ulet akan disiplin ilmu yang dipelajari.

Hal ini menjadi kekuatan dan momen emas yang tak disia-siakan oleh David Koten saat pihak kampus memberikan kesempatannya untuk  melanjutkan pendidikan ke Strata dua di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2014.

Alhasil dengan Ketekunan dan  daya juang tinggi oleh tim dosen yang tergabung dalam tim riset dosen Universitas Brawijaya Malang memberikan kepercayaan kepada David Koten untuk mengarap konsep pembuatan mesin oto dengan teknologi ramah lingkungan menggunakan tenaga matahari. tanggung jawab yang cukup besar. Namun dengan keuletannya ia bersama tim dosen berhasil merakit mesin oto dari tenaga surya dan telah dilakukan ujicoba oleh tim teknis pada bulan April 2017 dan hasilnya layak.

David Koten menjelaskan bahwa mesin ini tidak menggunakan bahan bakar namun menggunakan tenaga matahari yang proses pengisiannya melalui baterei kering yang telah disiapkan. Proses pergerakkan mesin awalnya menggunakan tenaga surya yang telah disimpan dalam AKI dan seterusnya menggunakan tenaga surya melalui plat atau panel matahari yang disimpan diatap atau disamping mobil. Selain proses pengisian energi dari matahari sistim kerja mesin ini juga dapat menghasilkan energi kembali untuk mendukung proses pengoperasian mesin saat berjalan  melalui beterei. jadi dapat dipastikan aman, Jelas ayah dari Gebre Haikal Lewo Koten ini.

Ulet,memiliki daya juang tinggi dan pandai memanfaatkan peluang menjadi berkah tersendiri bagi David Suban Koten. Kecintaannya pada dunia riset menjadikan ia bebas berimajinasi dan berkonsep menghasilkan sesuatu yang baru berkaitan dengan teknologi terkini. Alhasil selain mobil listrik Ia juga merakit generator plasma dari gas Argon dan pisau bedah plasma untuk dokter. Ia menjelaskan plasma merupakan sebuah zat baru hasil ionisasi dari zat gas.dari zat plasma ini juga banyak hal yang akan dikembangkan terutama dalam dunia industri kalau kita benar-benar teliti dan mau berinovasi. 

hasil karyanya berupa generator plasma pernah dipamerkan dalam pameran Teknologi Plasma yang dilakukan oleh Fakultas MIPA di Universitas Brawijaya. dan berkat dari temuan ini juga ia diundang sebagai pemateri pada seminar Internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, kala itu juga hadir Profesor dari Jepang.dan dari hasil presentase materi tentang plasma tersebut beberapa dosen termasuk profesor dari Jepang itu tertarik. Saat itu pula ia langsung ditawar oleh profesor dari Jepang untuk melanjutkan kuliah S3 di Jepang. Namun tawaran tersebut belum ada jawaban pasti karena ada  pertimbangan lainnya.

Perasaan bahagia bercampur haru membaur dalam pualam hatinya ketika usaha dan kerja keras nyata terealisasi. tak bisa digambarkan betapa hati nya dipenuhi keriangan. ia bangga dengan apa yang telah dibuat walaupun masih belum apa-apa,namun  patut disyukur. 

Syukur apa yang telah dihasilkan dan syukur juga akan ilmu yang diperoleh. Karena ilmu menjadi kunci untuk menghadirkan sesuatu yang masih abstrak menjadi nyata. Saya berjanji setelah menyelesaikan studi S2 di Oktober 2017 ini,saya akan pulang ke kampus Politeknik Kupang NTT dan mengaplikasikan apa yang telah saya buat.komitmen saya seperti itu sebagai bentuk tanggung jawab saya terhadap pihak kampus yang telah mengizinkan saya untuk melanjutkan pendidikan serta NTT umumnya sebagai bakti saya sebagai anak NTT,Ungkap suami dari Yustina Pawe Tuwa.

Motivasi David Koten yang gemar melakukan riset-riset berhubungan dengan Elektro sangatlah sederhana yakni mencari tahu sejauhmana ilmu/teori praktis yang berkaitan dengan elektro dengan aplikasi nyata dalam sebuah produk yang bermanfaat dalam kehidupan. terserah orang mau mengakui atau tidak tentang hasil riset ataupun  out put dari penerapan riset tersebut. itu tidaklah penting. Baginya apa yang bisa dikerjakan selagi tidak merugikan orang lain ia tetap bekerja.

Ket. Foto. Dokpri
Ket. Foto. Dokpri

Tentang riset atau penelitian David sangat yakin bahwa anak-anak NTT punya kemampuan di bidang ini. Namun realitas kini masih berkata lain. Riset masih asing terdengar. Kalaupun ada,masih dalam skala Universitas ataupun proyek-proyek tertentu. mungkin juga belum tertarik karena pekerjaan riset ini butuh masa dan anggaran sendiri. Hal ini mungkin membuat orang enggan untuk melakukan riset. Namun riset sangatlah urgen karena menjadi pendukung dalam kemajuan dan perkembangan disegala lini kehidupan.disiplin diri dalam belajar,tanamkan rasa ingin tahu yang tinggi,tekun membaca literatur-literatur berkaitan apa yang akan diteliti,sabar dan berani. itu kuncinya, kata ayah dari Maria Indramayu T. Koten ini."

Iapun berharap pemerintah daerah maupun provinsi untuk bisa memberikan bea siswa kepada siswa-siswi tidak mampu yang berprestasi sehingga kemampuannya bisa terekspos. Ibarat sebuah pelita kalau disimpan dibawah kolom yang pasti cahayanya hanya sekitar itu dan apabila pelita itu ditempatkan diatas meja maka bisa menerangi seisi ruangan itu bahkan tidak menutup kemungkinan cahanya bisa menerangi Negeri ini. dan apabila mendapat kesempatan ini harus serius. saya masih rekam jelas apa yang disampaikan orang tua saya dulu saat tamat SD tahun 1991 dan tidak bisa melanjutkan pendidikan karena himpitan ekonomi serta mama meninggal. 

saat itu pula David kecil harus iris tua,kerja kebun membantu orang tuanya. dan pesan bapak dan mama kala itu "No..kalau mau olah ma,olah ma yang serius,kalau mau sekolah,sekolah yang serius (No,kalau mau kerja kebun,kerja kebun yang serius. kalau mau sekolah,sekolah yang serius). dan saya bersyukur sudah ada yang bisa saya petik paling tidak ini buah pesan dari Bapak saya Mikhael Lewo Koten,mama Kelara Timu Kelen (Alm),katanya dengan nada sedikit merendah.

(Tobias Ruron)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun