Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ayah Kompas Hidup Sejati

11 Desember 2022   18:00 Diperbarui: 11 Desember 2022   18:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Celeng saat itu terbuat dari bambu. semua uang diceleng nanti diperiksa oleh bapak sendiri. Siapa yang jumlah isi celengannya lebih banyak maka diberi bonus. Saya menjual gula batu dan gula Union harganya kala itu 1 gula Union harganya Rp. 25 sen dan adik adik menjual pisang goreng dan jambu bangkok yang di tanam di pekarangan rumah. Sampai detik ini juga jambu bangkok masih ada namun buahnya tidak selebat dan sebesar dahulu.

Untuk aktivitas di rumah kami dibuat roster mingguan dan wajib hukumnya untuk dijalani. Mulai memberi babi makan, cuci piring, sapu halaman, ambil air,masak nasi dan lainnya di bawah pengawasan bapak sendiri. Setiap sore saat pulang dari kebun yang pertama-tama ia perhatikan adalah roster kerja. kalau ada yang tidak beres/ada yang tidak kerja maka siap mendapat panggilan dan ceramah kurang lebih satu jam bahkan disiksa tidak makan malam saat itu.

Memiliki rambut ikal,telinga berlubang, wajah yang cukup serius serta memiliki suara yang cukup keras membuat beberapa teman-teman enggan untuk bertemu atau sekedar basa basi dengannya. Walaupun begitu hatinya baik. Masih teringat di tahun 2008 bapak menjenguk saya di Kupang tepatnya di Kelurahan Oepura,beberapa teman kampus datang ke kos. Melihat bapak seorang teman bertanya dengan berbisik pada saya. Obi, (sapaan saat kuliah) lu pu bapa ni mantan preman ko? kenapa teman? Saya balik bertanya. Tidak soalnya saya ada lihat lu pu bapa pu telinga ada lubang na...hhee..saya hanya senyum sebentar dan memberikan penjelasan bahwa lubang telinga itu tradisi kami orang Flores Timur terkhusus Kecamatan Lewolema bahwa setiap anak laki-laki dulu telinga wajib berlubang dengan tujuan memberi tanda. Telinga lubang itu bukan preman. Walaupun tampangnya begitu, bapak saya orang baik-baik ko, Jelasku...hheaaaa

Walaupun tidak mengenyam pendidikan formal dan berbahasa Indonesia yang terkadang blasteran Indonesia dan daerah, Ia sering diandalkan keluarga untuk menjadi juru bicara berkaitan dengan urusan adat diantaranya baik adat nikah , orang meninggal ataupun adat lainnya, walau tidak ada bukti fisik berupa sertifikat/piagam penghargaan untuk juru bicara adat terbaik atau sejenisnya yang diberikan.Heaaaaaa

Menjadi juru bicara berkaitan dengan adat nikah di beberapa daerah pernah dilakoninya, baik di daratan Flores Timur, Adonara, Solor, Sikka, Lembata dan Kefamenanu. Loyalitas Bapak Anton Ato dalam urusan adat ataupun urusan yang berkaitan dengan Lewotanah tidak diragukan. Ada tiga nilai kehidupan yang sering Bapak dengungkan agar kehidupan/morit itu tetap baik diantaranya:

1.Gelekat Lewo
2.Gelekat atadike/saling membantu
3. Keria dore rara, eka seko beko/jujur

Selain itu Bapak Anton Ato juga dikenal sebagai pemburuh hutan yang hebat. Mulai dari memanah, memanjat pohon dan memasang jerat. Bersama dengan adik kandungnya Yakobus S. Ruron mereka berdua selalu diandalkan untuk memanjat pohon apabila binatang buruan seperti kera berada di atas pohon yang cukup tinggi. Menurut pengakuan beberapa orang "Tite hewa noo Ato pe tite di klea siu. Suri pe nae preta tite lau rae pe tite uluwuk hena. Apalagi umaluta pe dahe. tite dore di klea siu. Wewa ra nae pe hama keteke gero p../ Kita kalau berburuh bersama Ato itu, kita juga cepat. Apalagi binatang buruan sudah didekat mata. kita ikut juga cepat. Suara dia punya itu seperti tokek tu. Namun seiring usia tak lagi mudah, aktivitas berburuh ini perlahan ditinggalkan.

Ada cerita lucu namun membutuhkan nyali yang kuat dilakukan oleh Anton Ato diantaranya suatu ketika ia bersama dengan dua rekannya berburuh di hutan namun tidak mendapat apa-apa. Dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan pemburuh lain dari Desa tetangga sedang membakar dan memasak hasil buruan itu di pondok mereka. Tanpa basa basi Anton Ato mendekat dengan nada yang perlahan-lahan meninggi dan membentak pemburuh dari desa tetangga tersebut yang jumlahnya kurang lebih sepuluh orang. Katanya, Kera yang kamu tangkap dan dagingnya sementara masak ini milik orang Lamatou. Kamu tadi berburuh masuk dalam kami punya wilayah. Kamu curi kami punya binatang hutan. Jadi hasil buruan dan daging yang sementara kamu masak ini beri kami. Kami dari Lamatou. tanpa meminta persetujuan yang bersangkutan Anton Ato mengambil periuk yang sementara masak daging tersebut dan membawa pergi. Pemburuh dari desa tetangga tersebut hanya bergumam kecil dan daging yang ada di periuk sudah di bawah Anton Ato.

Cerita yang samapun ini pun dilakukan oleh Adik kandung Anton Ato yakni Yakobus S. Ruron. Kala itu Kobus Sawa nama panggilannya bersama sang istri dari Lamatou ke Welo. Dalam perjalanan Kobus Sawa bersama istri bertemu dengan pemburuh hutan dari Desa tetangga sambil beristirahat di tengah jalan. Hasil buruan kurang lebih lima ekor monyet mereka gantung di atas pohon. Merasa terganggu karena melihat beberapa orang duduk di tengah jalan yang dilaluinya, Yakobus Sawa marah. Katanya, kamu tidak tahu diri. sudah berburuh di kami punya wilayah duduk juga sembarang. Kera itu milik kami orang Lamatou. Jadi mau atau tidak, suka atau tidak kera itu saya bawa satu. Tanpa menunggu jawaban Kobus Sawa langsung mengambil satu ekor kera dan membawa pergi.

Memiliki karakter keras namun Bapak Anton Ato tipe orang penyabar. Setiap prahara yang terjadi baik dalam keluarga maupun yang terjadi pada dirinya ia tetap sabar. Nilai nilai kejujuran, kerja keras, menghormati yang lebih tua, tegur sapa selalu ia sampaikan. Khusus untuk tegur sapa Bapa Ato sering berkata "Kita boleh miskin namun tak boleh miskin dalam menyapa orang, Ungkapnya. Jadi setiap ketemu orang harus sapa. Tegasnya.

Pernah dalam satu kesempatan, saat itu masih di SDN Lamatou kelas Empat saya salah menegur pada opu saya yang saat itu baru ketemu ketika liburan di Dusun Welo. Saya memanggilnya dengan "Mama" (panggilan untuk om). Lewat beberapa minggu baru ketahuan dan opu tersebut menyampaikan pada Bapa akan sapaan yang disematkan padanya. Mendengar penyampaian tersebut bapak pun menjelaskan dan menguraikan satu persatu nama orang setiap suku dengan sapaanya masing-masing sampai larut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun