Mohon tunggu...
Tobias TobiRuron
Tobias TobiRuron Mohon Tunggu... Guru - Hidup adalah perjuangan. Apapun itu tabah dan setia adalah obatnya.. setia

Anak petani dalam perjuangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puro Lewo: Ritual Adat Pembersihan Kampung

6 Desember 2022   23:06 Diperbarui: 6 Desember 2022   23:10 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ritual adat pembersihan diri oleh masyarakat adat keka | Dok Pribadi

Sebelum melakukan ritual ini tetua adat bersama masyarakat berkumpul di Lango Belen  (Rumah besar) untuk menumpulkan bahan-bahan ataupun perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses ritual. 

Setelah bahan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalan ritual adat telah lengkap mereka bersama-sama ke tampat ritual. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam acara ritual ini adalah daun koli,rengki, ketupat, anak kambing, ayam,telur serta kemiri. Setiap bahan mempunyai makna tersendiri dan sebagai bahan persembahan kepada wujud yang tertinggi dan para leluhur Lewo Tanah.

Ritual dijalankan mulai dari pemberian sesajian,penyembelihan anak kambing dan pemberian rengki kepada Nuba Nara yang menjadi pusat dari kegiatan ritual Puro Lewo. 

Semua masyarakat yang hadir mengelilingi Nuba Nara dan khusuk mengikuti dan mendengar setiap mantra yang diucapkan Bapak Leo Lana Koten dengan asa yang membubung di setiap masyarakat agar keselamatan dan ujud yang disematkan dapat terwujud. Darah kambing yang di sembeli di campur dengan daging kemiri yang telah kunyah dikumpul dalam sebuah wadah. 

Campuran darah dan ampas kemiri akan diberi meterai atau tanda (Nilu) tepatnya di dahi setiap masyarakat dari bay sampai dewasa sebagai tanda kesejukan dan keselamatan setiap masyarakat.

Untuk menghindari dari segala musibah dan menunjukan bahwa kita sudah dibersihkan kepada semua masyarakat juga dikenakan gelang yang terbuat dari daun lontar yang akan dikenakan di tangan dan dipintu depan setiap rumah serta berpantang untuk tidak melaut, tidak keluar kampung selama empat hari. 

Masa untuk mengintropeksikan diri dan menenangkan diri. Ritual ini diakhiri dengan makan bersama segala makanan dan daging kambing yang telah dibagikan dalam ritual ini harus habis ditempat ritual. 

Kepada generasi muda Yakobus Brinu berharap tradisi ini tetap dihayati karena menyimpan nilai-nilai kehidupan yang begitu dasyat sebagai pegangan hidup walaupun tidak kelihatan namun kekuatannya luar biasa.Dan tradisi ini tidak boleh mati tetapi tetap dilestarikan.

(Tobias Ruron)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun