Mohon tunggu...
HR
HR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perfectionist Man who try tobeabetterMan

Student of Media Communication | Post-Production | Production Assistant | Producer (Media) | Program Associate | Videographer | Video Editor | Project Manager | Driver | _QS. Al-Baqarah:153-QS. Ali'Imran:26-27-QS. Al Furqan:74

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Hakikat Filsafat Komunikasi terhadap Media Massa

5 Desember 2021   23:39 Diperbarui: 6 Desember 2021   00:01 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Ilmu Komunikasi tentunya pasti tidak lepas dari yang namanya media massa. Media massa dan komunikasi massa adalah suatu bahasan yang menjadi tolak ukur seseorang dalam memperoleh sebuah informasi. Ada dua poin yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi dimana keduanya selalu hidup berdampingan dengan masyarakat. 

Berkaitan dengan media massa tak lepas pula terjadinya efek terhadap masyarakat atau penerima dengan seiring berjalannya waktu juga perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin pesat hingga saat masyarakat dapat dengan mudah untuk memperoleh informasi, mengakses hal-hal yang ingin diketahui bahkan dapat membantu menyelesaikan segala kepentingan individu. 

Menurut Onong uchyana Effendy (2006), komunikasi massa dapat menimbulkan tiga efek yaitu pengetahuan, perasaan atau emosi dan perilaku.

Di sisi lain juga media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses situs-situs yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan. Ada begitu banyak peran media massa dalam kehidupan kita dilihat dari sisi ekonomi, sosial, budaya juga norma-norma dalam kebijakan pemerintah. Media massa juga saat ini lebih mendominasi dengan tujuan yang menghibur. 

Fungsi dari media massa menampilkan begitu banyak hiburan terhadap masyarakat yaitu salah satu untuk mengendalikan atau menenangkan kondisi yang tegang pada saat ini. Manfaat media yang lebih jauh adalah untuk menciptakan suatu karakter positif untuk masyarakat menjadi tumbuh sebagai masyarakat yang demokrasi sesuai dengan cita-cita negara. (Castells, 2010).

Kemunculan dan perkembangan teknologi komunikasi saat ini telah mengubah sistem komunikasi yang ada di Indonesia, termasuk sistem industri media didalamnya. 

Seperti proses digitalisasi, konvergensi, internet yang menghasilkan teknologi dan aplikasi yang mengisi seluruh bentuk komunikasi mulai dari komunikasi interpersonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, dan juga komunikasi massa. 

Melesatnya perkembangan teknologi-teknologi tersebut berbanding lurus dengan perkembangan media massa. Dampak yang jelas terlihat ketika masyarakat Indonesia saat ini telah menjadi masyarakat informasi. Struktur sosial telah berubah dalam hal perolehan dan penyebaran informasi. 

Begitu banyaknya peran media masa dalam kehidupan masyarakat jika dilihat dari sisi ekonomi, sosial, budaya juga norma-norma dalam kebijakan pemerintah.

Kajian yang coba di jabarkan penulis tentang fenomena kemunculan dan perkembangan teknologi komunikasi dalam hal ini yang berkaitan dengan Media Massa (Media Baru, Media Sosial, dan Media Televisi) ini dari segi perspektif Ilmu Filsafat Komunikasi. Filsafat adalah ibu dari segala ilmu. Maka, guna mendapatkan pemahaman mendasar, kembalilah kita kepada ibunya yaitu Filsafat. Manakala kita berpikir secara filsafat, terdapat tiga wilayah yang kita jelajahi, yakni wilayah ada, wilayah pengetahuan, dan wilayah nilai (Suriasumantri, 2001; Adian, 2002; Vardiansyah, 2008). 

Ketiga wilayah ini, dalam kosa kata filsafat, disebut ontologi, epistemologi, aksiologi. Filsafat komunikasi berkaitan dengan kekuatan media dan prinsip fungsi media berikut hubungannya dengan negara. 

Kajian Filsafat dalam konteks Komunikasi tentang penentuan konsep aksiologi, ontolologi, epistemologi, dan dalam ilmu komunikasi digitalisasi media massa yang tumbuh subur karena pengaruh perkembangan teknologi dan informasi, serta dampak dari sebuah evolusi media massa (konvergensi) melahirkan media yang berbasis interkasi serta lahirnya fenomena masyarakat informasi.

Filsafat Komunikasi
Filsafat dalam bahasa yunani “ Philos sophia” mengandung makna cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Sementara itu, filsafat ilmu dapat diartikan sebagai landasan pemikiran yang mendasar dari suatu ilmu untuk mencapai kebenaran. Dimana kita ketahui bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan termasuk ilmu komunikasi. 

Sedangkan Filsafat Komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara mendasar mengenai keilmuan komunikasi dari teori hingga semua hal yang terkait dengannya. Landasan ilmu komunikasi yang pertama, sebagaimana induk dari ilmu pengetahuan adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi berdasar teori dari aristoteles dan plato yaitu Ethos, Pathos dan Logos.

Selain ketiga di atas, komponen yang lain adalah komponen pikir, yang terdiri dari tiga hal, yaitu etika, logika, dan estetika. Semua komponen ini saling bersinergi dengan aspek kajian aksiologi yang bermakna kegunaan, kajian ontologi atau keapaan, dan epistemologi atau kebagaimanaan. 

Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah secara fundamental, metodologis, analitis, kritis, dan holistis teori. Tidak hanya itu, filsafat komunikasi juga mempelajari proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifat, tatanan, tujuaan dan fungsinya, teknik, serta peranannya. Terdapat tiga pilar dalam filsafat komunikasi, yaitu; Aksiologi, Ontologi, dan Epistemologi.

Kata Aksiologi, Ontologi, dan Epistemologi dan menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani. Kata Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”. Kata Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada)”. Dan kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya knowledge yaitu pengetahuan. Kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetahuan. Jadi pengertian etimologi tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa epistemologi merupakan pengetahuan tentang pengetahuan. Ketiga kata tersebut ditambah dengan kata “logos” berarti”ilmu pengetahuan, ajaran dan teori”. 

Menurut istilah, Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Sedangkan Epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar. Dengan demikian Aksiologi adalah kajian tentang nilai ilmu pengetahuan, Ontologi adalah ilmu pengetahuan yang meneliti segala sesuatu yang ada. Sedangkan Epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang teori.

Media Massa
Media Massa adalah produk pers yang memperkenalkan kepada masyarakat fenomena atau gejala sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, baik sosial, ekonomi, budaya, politik maupun dari bidang sosial lainnya, Kehidupan publik (2013: 49). Tahapan perkembangan media dalam kehidupan McQueil dalam bukunya “McQueil Theory of Massa Communication, 4th Edition” (Junaedi, 2007: 27:29) mengemukakan yaitu; (1). Perkembangan media adalah keberadaan buku dan perpustakaan, (2). Perkembangan media massa adalah media massa cetak, berupa surat kabar, tidak seperti buku yang muncul dari waktu ke waktu, dapat memberikan informasi terkini secara cepat dan instan, (3). Mencari film melalui seluloid tape, (4). Menemukan teknologi penyiaran melalui radio dan televisi. 

Tahap ini ditandai dengan cakupan yang luas, teknologi audio visual, partisipasi teknis, serta organisasi media yang lebih kompleks dan konten yang semakin beragam, (5). Mengembangan rekaman musik. Pertama kali muncul dalam bentuk pembawa suara, tetapi kemudian beralih ke kaset, dan saat ini rekaman digital mendominasi, (6). Pertanyaan: Penemuan Internet (international network), yang memungkinkan interaksi antar pengguna.

Media Baru
Media baru yaitu seperangkat teknologi komunikasi dengan macam-macam karakteristik yang berbeda kemudian dalam bentuk digital sehingga kemampuannya cukup luas sebagai alat komunikasi (McQuail, 2010:148). Dalam catatan McQuail (2010:141), adapaun perubahan-perubahan dalam media baru, sebagai berikut; (1). Konvergensi digital terhadap semua unsur media, (2). Aktivitas yang dinamis, (3). Kegiatan penerimaan suatu pesan, (4). Ruang lingkup publik dan aktivitas pengguna, (5). Terbentuknya jalan masuk terhadap media, seperti melalui website-website tertentu.

Media Baru memiliki kepercayaan diri bahwa mereka memiliki kapasitas untuk mencapai efek tertentu kepada khalayak atau audiense. Media Baru diprediksi adanya dampak dalam pembentukan pengetahuan dan pendapat publik kahalayak atau audiense, namun tidak bisa dipastikan sejauh mana dampak tersebut terjadi, pada level apa bagaimana, atau khalayak atau audiens yang seperti apa yang paling terpengaruh dalam hal ini.

Media Sosial
Media Sosial merupakan salah satu media yang berkembang paling pesat. Sekitar 70% dari pengguna internet diseluruh dunia, juga aktif dalam media sosial. Media sosial seperti Facebook dan Twitter, sampai saat ini masih sangat tinggi tingkat penggunanya. Penggunaan media sosial telah menyebabkan segudang masalah, antara lain pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi budaya digital. Generasi yang tumbuh dalam budaya digital memiliki kecenderungan bersifat menyendiri (desosialisasi). Namun bagaikan pedang bermata dua, disatu sisi media sosial juga memiliki banyak manfaat.

Media sosial adalah sekumpulan aplikasi berbasis internet, beralaskan pada ideologi dan teknologi Web 2.0 sehingga memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten oleh penggunanya (Kaplan & Haenlein, 2010). Kendatipun berbeda dalam hal asumsi dan konsepnya, media sosial mempunyai kesamaan dengan media lainnya dalam hal titik fokusnya yang memusatkan kajian pada khalayak, dan sama dalam hal tradisi teorinya yaitu sosio-psikologis. Media yang memenuhi kebutuhan khalayak mengalami perkembangan dari media tradisional ke media baru (internet), bahkan ke aplikasi tertentu.
Media Televisi
Media massa televisi juga saat ini lebih mendominasi dengan tujuan yang menghibur. Fungsi dari media televisi menampilkan begitu banyak hiburan terhadap masyarakat yaitu salah satunya untuk mengendalikan atau menenangkan kondisi yang tegang pada saat ini. Manfaat media yang lebih jauh adalah untuk menciptakan suatu karakter positif untuk masyarakat menjadi tumbuh sebagai masyarakat yang demokrasi sesuai dengan cita-cita negara. (Castells, 2010).

Dilanjut dalam sistem informasi pada televisi di tahun 1990 sampai dengan 2012. Yang dimana pada masa orde ini Perkembangan televisi cukup mengalami peningkatan yang pesat. Dimulai dari adanya TV swasta di tahun 1991, maka informasi yang disajikan lebih berorientasi kepada masyarakat secara nyata. 

Dari segi jumlah penonton, kemudian sajian informasi yang ke arah sosial, dan waktu-waktu tertentu penayangan, juga tayangan-tayangan apa yang paling banyak di konsumsi oleh masyarakat. Di media pertelevisian saat itu membuat penilaian atau rating tayangan apa yang paling banyak ditonton oleh masyarakat sehingga Ia juga menggunakan strategi itu sebagai pemasaran suatu promosi bagi produk atau biasa kita sebut iklan.

Hakikat Filsafat Komunikasi
Louis O. Katsoff dalam bukunya “Elements of Philosophy” menyatakan bahwa kegiatan filsafat merupakan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang saut dengan gagasan yang lainnya, menanyakan “mengapa”, mencari jawaban yang lebih baik ketimbang jawaban pada pandangan mata. ilFsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, kerunut han, dan keadaan memadainya pengetahuan agar dapat diperoleh pemahaman. 

Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.

Pemikiran Whitney R. Mundt tentang Filsafat komunikasi berkaitan dengan kekuatan media dan prinsip fungsi media berikut hubungannya dengan negara serta keterpautan pemerintah dengan jurnalistik dimana keseimbangan selalu bergeser. Identifikasi perihal kepemilikan pers ( pers ownership) dan filsafat pers (pers philosopy), media itu sendiri bisa dimiliki secara pribadi yang didukung oleh periklanan dan langganan, atuaa dimiliki oleh partai politik yang disubsidi oelh dana partai atau anggota partai, atau bisa juga dimiliki oleh pemerintah dengan dana yang disediakan oleh keuangan negara. 

Dan juga masih tentang Pemikiran Whitney R. Mundt  yaitu tentang Media Massa, diantaranya; pertama adalah Media Massa yang bersifat OTORITER -- Dimana Sensor dan lisensi berada di bawaha kekuasaan penuh pemerintah, serta segala macam Kritik pubkik ditekan demi eksistensi sebuah kekuasaan. Yang kedua adalah SOSIAL- OTORITER, dimana Media Massa dimiliki olehi dan dikuasai pemerintah atau suatu partai pemerintah dimana bertujuan membangun ekonomi nasional atau filsafati. 

Yang ketiga, LIBERTARIAN yaitu tidak adanya pengawasan kecuali UU tentang suatu fitnah dan pornografi serta mengusung konsep Free market place of idea. Ke-empat adalah SOSIAL LIBERTARIAN, dimana sebuah pengawasan yang dijalankan sebuah pemerintahan secara minimal untuk menyumbat saluran komunikasi dan menjamin semangat operasional filsafat libertarian itu sendiri. Dan yang kelima adalah, SOSIAL SENTRALIS dimana sebuah Pers  atau Media Maasa atas dasar kemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat operasional filsafat libertarian.

1. Asumsi Filosofis
Peranan suatu teori yang terlihat dari kebenarannya adalah aspek filosofis yang sangat mendasari, peran asumsi filosofis ini digunakan oleh semua ahli teori sebagai aspek untuk mempertanyakan bagaimana suatu teori tersebut dapat digunakan. (Bertens, 2013). Asumsi filosofis pembentukan teori memiliki asumsi yang selalu diterapkan yaitu asumsi ontologi, epistemologi dan aksiologi dari kajian teori tersebut (Bertens, 2013), di mana hal ini menjadi penentu suatu teori untuk memiliki landasan keilmuan.

Pembentukan suatu teori tercipta dari dasar pemikiran dan pertanyaan dalam proses blue print theory, penyusunan blue print theory di dasarkan pada pertanyaan- pertanyaan tentang gagasan metateoritik lain tentang teori-teori komunikasi dapat dicermati dari tulisan (Tubbs & Moss, 1996), (Littlejhon dan Foss, 2011), tentang genre dalam teori komunikasi. Genre dipahami sebagai salah satu cara untuk mengorganisasikan teori-teori komunikasi. Littlejohn mengemukakan ada 5 (lima) genre, yaitu structural fuctional, cognitive and behavioral, interactionist, interpretive.

Melihat suatu teori sama halnya dengan mengkaji teori sampai pada dasar yang paling mendasari, dimensi-dimensi suatu teori mampu memperlihatkan teori sebagai suatu kesatuan dari realitas yang memiliki empat dimensi yaitu (1). Asumsi filosofis, (2) Konsep, (3) Hubungan Dinamis, (4) Prinsip. Kajian tentang suatu teori ini tentunya memiliki aspek paling mendasar yaitu konsep dan penjelasan dan tentunya prinsip yang pasti akan menjadi selalu kontroversial jika dipertanyakan kebenaran suatu teori tersebut.

Era media baru menyuguhkan suatu hal yang kompleks tentang apa bagaimana khalayak atau audiens media saat ini. Situasi di era serba digitalisasi sekarang  ini menururt penulis cukup berbeda karena khalayak menjadi lebih aktif dalam mengkonsumsi media di era media baru. 

Yang dulu dikenal sebagai massa penonton kini telah menghilang berubah karena popularitas kehadiran era media baru dimana khalayak atau audience bukan lagi penonton dan  bukan lagi massa, dampak dari proses digitalisai dan konvergensi media yang penulis sering  sebutkan diberbagai artikel/makalah tugas ilmu komunikasi lainnya sebagai sebagai masyarakat informasi.

Mengacu pada penulisan-penulisan yang mengkaji state of the art, teori Uses and Gratification pada 13 tahun terakhir. Hasilnya menunjukkan bahwa teori tersebut sering dijadikan teori inti dalam kajian penggunaan media. Adakalanya beberapa penelitian memadukan teori Uses and Gratification tersebut dengan teori Media Dependency, yang dikembangkan oleh Ball Rokeach dan Melvin De Fleur. Sejalan dengan teori Uses and Gratification,  khalayak atau audience bergantung pada informasi media untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.

Teori yang dikembangkan Elihu Katz, Jay G. Blumlerm, dan Michael Gurevitch ini,  memiliki banyak perkembangan khususnya pada konsep gratifikasinya. Perkembangan yang pesat ini muncul setelah berkembangnya media baru atau internet. Media yang memenuhi kebutuhan khalayak mengalami perkembangan dari media tradisional ke media baru (internet), Populasi seperti yang ditinjau di atas cenderung dan didominasi oleh khalayak dunia maya atau online misalnya para pemilik dan pengguna email, browsers, bloggers, content creator, youtuber, netter (netizen), influencer, surbscriber dan lain sebagainya

Perspektif Aksiologi
Asumsi Aksiologis, mempertunjukan kajian dengan melihat ranah nilai-nilai. Nilai ini mempertunjukkan aspek yang paling penting dalam proses penelitian untuk mempertunjukan proses kajian suatu teori yang merujuk pada manfaat yang terkandung. (Bertens, 2013)
Media baru yaitu seperangkat teknologi komunikasi dengan macam-macam karakteristik yang berbeda kemudian dalam bentuk digital sehingga kemampuannya cukup luas sebagai alat komunikasi (McQuail, 2010:148). Dalam catatan McQuail (2010:141), adapaun perubahan-perubahan dalam media baru, sebagai berikut:
a.Konvergensi digital terhadap semua unsur media.
b.Aktivitas yang dinamis
c.Kegiatan penerimaan suatu pesan.
d.Ruang lingkup publik dan aktivitas pengguna.
e.Terbentuknya jalan masuk terhadap media, seperti melalui website-website tertentu.

McQuail (2004:144) mengemukakan penjelasan tentang perbedaan media baru dan lama yaitu, sebagai berikut:
a.Interactivity: Yaitu oleh respon dari pengguna terhadap “penerima” dari pengirim pesan.
b.Social Presence (Sociability): Dijalani oleh pengguna, sense of personal contact dengan orang lain dapat diciptakan melalui penggunaan sebuah areal sedang.
c.Autonomy: Pengguna dapat mengontrol serta mengatur isi dan bersikap konstan kepada pengirim informasi.
d.Playfullnes: Digunakan untuk hiburan dan kenyamanan.
e.Privacy: Dijalankan dengan penggunaan rata-rata dan isi yang dipilih.
f.Personalization: Setiap individu adalah unik. Biasanya mereka memilih apa yang akan mereka gunakan dan butuhkan.

Adapun ciri khas media baru yang dikemukakan Feldman (1997) dalam Hastjarjo (2012: 144), bahwa media baru memiliki lima karakteritik, yaitu:
1.Media Baru Mudah Dipalsukan; Hal tersebut dapat dengan mudah dimanipulasi oleh seseorang karena sifat datanya yang terbuka dan mudah diakses oleh banyak orang.
2.Media Baru Bersifat Networking; Yang berarti semua konten yang ada di media baru dapat dikirim dan switch antar pengguna melalui jaringan internet.
3.Media Baru Bersifat Kompresibel; Semua konten yang ada di media baru, dapat diatur ukurannya dan kapasitas dapat diperkecil.
4.Media Baru Sifatnya Efektif; Kita membutuhkan ruang yang kecil untuk saving konten ke dalam media baru.
5.Media Baru Bersifat Imparsial; Semua konten yang terdapat didalam media baru tidak mengacu terhadap apapun. Media baru berhak diakses oleh siapapun tanpa pengecualian. Jadi setiap penggunanya dapat menggunakan secara bersamaan.

Perspektif Ontologi
Asumsi sudut pandang Ontologis dalam kajian teori memiliki aspek dan landasan konseptual, di mana manusia bergantung pada pemikiran baik secara kausalitas maupun secara konstruksi, dalam kajian ilmu sosial, khususnya dalam kajian komunikasi, ontologis berbicara dalam aspek keberadaan manusia atau mempertanyakan sesuatu yang paling mendasar. Kajian komunikasi melihat ontologis sebagai pusat dari interaksi sosial yang mendasari terciptanya komunikasi, hal ini mempertunjukkan bagaimana teori diciptakan berdasarkan dari cara seorang ahli teori mengonseptualisasikan suatu realitas.
Media online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang berbasis telekomunikasi dan multimedia (baca-komputer dan internet). Didalamnya terdapat portal, website (situs web), radio-online, TV-online, pers online, mail-online, dll, dengan karakteristik masing-masing sesuai dengan fasilitas yang memungkinkan user memanfaatkannya”.
Salah satu desain media online yang penggunaannya adalah media sosial yang telah menjadi fenomena yang dikenal dan diketahui banyak orang dengan interface yang terlihat sangat menarik. Dimulai dari sebuah aplikasi jejaring sosial yang bernama Friendster yang populer pada masa era awala 2000-an, kemudian media sosial messenger atau ber-kirim pesan secara realtime, menjadi suatu hal yang viral dan dikenal orang masyarakat Indonesia semenjak kehadiran BBM (Blackberry Messenger) jauh sebelum kemunculan Whatsapps messenger yang lebih banyak digunakan saat ini serta Facebook dan terus dengan kemunculan dan perkembangan aplikasi social media lainnya.


Akan menjadi sebuah hal yang aneh apabila seseorang tidak menggunakan sosial media dalam kehidupannya sehari - hari. Di tahun 2021 ini, telah hadir berbagai macam aplikasi media sosial yang dapat kita gunakan untuk terhubung dengan teman, saudara, dan bahkan dengan orang yang belum dikenal sekalipun. Penggunaan sosial media menjadi sebuah hal yang wajib dilakukan dalam kehidupan kita saat ini yang menitikberatkan pada saling terkait (inter - connected) dan saling terhubung. Content-nya merupakan perpaduan layanan interaktif yang terkait informasi secara langsung, misalnya tanggapan langsung, pencarian artikel, forum diskusi, dll; dan atau yang tidak berhubungan sama sekali dengannya, misalnya games, chat, kuis, dll (Iswara, 2001).

Perspektif Epistemologis
Asumsi epistemologi mempertanyakan keberadaan dari teori tersebut sebagai bagian dari keilmuan dan aksiologi yang mempertanyakan nilai dari suatu teori atau manfaat teori tersebut. Hal ini tentunya mempertanyakan beberapa hal yaitu: (1). Pada tingkatan seperti apa manusia membuat pilihan-pilihan yang nyata?,  (2). Bagaimana manusia sebaiknya memahami perilaku apakah sebagai bentuk atau sifat?, (3). Apakah pengalaman manusia menjadi hal yang berfokus pada individual ataukah sosial?. (4). Bagaimana komunikasi manusia dilihat sebagai sesuatu yang kontekstual?. pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang mampu mempertunjukkan aspek-aspek dalam suatu proses pembentukan teori, baik secara konstruksi realitas maupun dalam ranah kausalitas untuk menguji suatu teori.


Internet telah mengalami perubahan drastis di dunia komputer dan komunikasi dewasa ini. Penemuan telegraf, telepon, radio dan komputer merupakan serangkaian tahapan perkembangan bidang komunikasi yang dalam perkembangannya dapat terintegrasi dalam sebuah jaringan internet. Untuk menetukan kapan munculnya Internet (media online), kita perlu melihat apa yang terjadi pada tahun 1957 yang saat itu dikenal sebagai tahun geophysical internasional, yaitu tahun yang dikenang untuk pengumpulan informasi tentang atmosfer lapis atas selama periode kegiaatan matahari. Eisenhower mengumumkan bahwa sebagai bagian dari kegiatannya, pada tahun 1955 AS berharap dapat meluncurkan sebuah satelit kecil yang mengorbit pada bumi. Kemudian pada tahun 1957 Uni Soviet meluncurkan Sputnik I ke dalam orbit bumi.


Internet adalah habitat yang paling sesuai dalam hal ini terhadap sebuah kajian teori yang bernama Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan atau “Mass Media Uses and Uses-and-gratifications (U & G) Theory”. Yang adalah merupakan salah satu teori yang banyak digunakan dalam penelitian tentang penggunaan media baru. Berbeda degnan teori efek media lainnya yang berfoksu pada “apa yang dilakukan media terhadap khalayak” dan menganggap pengguna media bersifat homogen. Teori ini memberikan perhatian pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media sebagai bentuk perilaku individu khalayak aktif. Khalayak adalah terminologi yang menurut Ross dan Nightingale (2003) jauh lebih kompleks untuk dipahami.


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup masyarakat khususnya di Indonesia. Statistik menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi terutama menggunakan media sosial. Kemunculan internet dipantau melalui berbagai platform media sosial yang memungkinkan manusia berkomunikasi lebih luas secara real time. Di Indonesia, media sosial telah menarik perhatian. Hampir semua kota besar kini mengetahui keberadaan dan kegunaan media sosial Facebook atau Twitter, bahkan memiliki akun media sosial. Pengguna dapat terhubung ke jaringan dan bertukar informasi tanpa batasan jarak atau waktu. Media sosial adalah media interaktif baru yang menciptakan ruang di mana orang dapat berbagi, bercerita, dan menyampaikan ide. Oleh karena itu, orang bermigrasi ke ruang virtual untuk interaksi spasial. Dunia virtual yang digunakan untuk berinteraksi dengan pengguna lain. Melalui akun di jejaring sosial, kita dapat mengatakan bahwa seseorang telah melakukan migrasi virtual. Atau dengan kata lain, mereka telah menjadi warga dunia maya (citizens of the virtual world), memungkinkan mereka untuk berinteraksi dan membimbing ide-ide di dunia maya.


Pada tahun 1962, ARPA (Advanced Research Project Agency) membuka program riset komputer yang bekerjasama dengan seorang ilmuwan MIT, John Licklider. John pertama kali mempublikasikan memorandum pada Jaringan Galaktik (Galaktic Network) yang menjelaskan bahwa nantinya komputer akan menjadi suatu jaringan yang dapat diakses oleh siapa saja. Seiring perkembangan riset-riset yang dilakukan, selanjutnya pada tahun 1984 telah diperkenalkan Domain Name Server (DNS) yang mengelompokkan nama domain yang sesuai dengan jenis kegiatannya. Sstem baru yang diperkelnalkan oleh dunia barat yaitu negara adidaya AmerikaSerikat seperti nama domain edu (educational), com (commercial), gov (govermental), mil (military), net (network), tv (television), dan org (organization). Sedangkan untuk nama domain di Indonesia yaitu dot edu, dot com, dot go, dot net, dot tv dan dot org.

Teknologi informasi dan komunikasi akan selalu dinamis, bergerak menuju perbaikan-perbaikan yang memberikan kemudahan atau manfaat bagi para penggunanya. Begitu juga  media online dengan jaringan internet juga akan mengalami perubahan yang memberi manfaat besar bagi penggunanya seperti dapat berkomunikasi secara global, membuka wawasan berpikir, berkreasi, menjalin persahabatan dan tak kalah pentingnya adalah biaya yang murah dalam penyampaian pesan komunikasi.
Disamping itu tentu tetap ada kekhawatiran yang dapat ditimbulkan dari media online atau internet. Menyebarnya berbagai paham ideologi atau pandangan yang tidak sesuai dengan paham atau ideologi yang dianut oleh suatu negara lewat media online, penggunaan yang masih di bawah umur dapat dengan mudah mengakses situs yang tidak layak diakses oleh mereka, dan banyak kekhawatiran lainnya.


Dewasa muda (18-29 tahun) memiliki rerata pengguna media sosial terbesar (90%), dan grup usia lain (remaja dandewasa) juga mengalami peningkatan jumlah yang signifikan. Contohnya Facebook yang memiliki satu milyar pengguna di seluruh dunia, jumlah fantastis yang dapat melebihi jumlah warga suatu negara. Jumlah ini mulai bersaing dengan pengguna Twitter, diikuti dengan media baru seperti Instagram dan Snapchat. Facebook tetap populer dikalangan dewasa muda, tetapi kalangan remaja mulai beralih ke Instagram dan Snapchat (Duncan, 2016; Lang, 2015; Matthews, 2014). Hasil dari survei 2017 yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo, menunjukkan 5 media sosial terpopuler di Indonesia, yaitu Facebook (65 juta pengguna), Twitter (19,5 juta pengguna), Google+ (3,4 juta pengguna), LinkedIn (1 juta pengguna), dan Path (700 ribu pengguna). Permasalahan yang timbul pada penggunaan media sosial antara lain berupa peleburan ruang privat dengan ruang publik para penggunanya. Hal ini mengakibatkan pergeseran budaya berupa pengguna tak lagi segan mengupload segala kegiatan pribadinya untuk disampaikan kepada teman atau kolega melalui akun media sosial dalam membentuk identitas diri mereka (Ayun PQ, 2015). Penggunaan media sosial juga dapat menyebabkan ketergantungan/ adiksi yang berdampak buruk. Salah satunya adalah hubungan antara penggunaan Facebook dengan menurunnya kualitas tidur (Wolniczak et al. 2013). Suatu studi pilot oleh Szczegielniak A (2013) juga menunjukkan hal yang serupa, bahkan penggunaan media sosial juga dihubungkan dengan depresi dan anxietas (Pantic at al. 2012, Koc & Gulyagci 2013).

Kritik terhadap Media (new Era) Sosial
Samovar LA & Porter RE (2009) mengatakan bahwa media sosial dapat mengakibatkan perubahan pada enam unsur budaya:
1. Media Sosial membawa perubahan pada kepercayaan (belief), nilai (values), dan sikap,
(attitudes).
Dengan media sosial, masalah hubungan seseorang dengan sang pencipta tidak lagi dianggap sebagai hubungan individual, tetapi kelompok. Seseorang dapat berbagi pengalaman rohaninya atau ucapan rasa syukur terhadap pecipta dengan orang lain maupun kelompok misalnya dengan menggunakan Facebook atau Twitter. Media sosial juga dapat mengubah nilai-nilai dalam masyarakat, misalnya budaya masyarakat Indonesia dikenal dengan budaya sopan santun. Dengan media sosial, terjadi pergeseran nilai karena seseorang dapat memberi kritik tajam, hujatan, bahkan makian secara langsung terhadap individu atau kelompok lain tanpa memikirkan konsekuensi pada sang terhujat. Media sosial juga menyebabkan perubahan sikap pada masyarakat. Salah satu contohnya adalah seseorang tak lagi menganggap pertemuan langsung atau silaturahmi sebagai sesuatu yang penting, karena dapat dilakukan hanya dengan chatting di media sosial. Sikap acuh tak acuh dan tidak peduli pada lingkungan sekitar juga merupakan dampak dari penggunaan media sosial yang banyak ditemukan.
2. Pandangan dunia (worldview)
Cara pandang sempit (tradisional) yang berubah menjadi cara pandang global (modern). Hal inilah yang sering mengakibatkan geger budaya. Sebagai contoh gaya berpacaran remaja di luar negeri yang cenderung bebas dan diupload pada Facebook atau media sosial lainnya, telah banyak diterapkan oleh remaja Indonesia, walaupun sebenarnya sangat bertentangan dengan budaya sekitar.
3. Organisasi Sosial
Organisasi sosial yang dibentuk di media sosial seperti Facebook tidak lagi bersifat resmi dan terikat seperti di dunia nyata. Seorang anggota organisasi sosial di Facebook dapat sangat aktif maupun pasif, tidak ada keterikatan dan rasa tanggung jawab seperti pada dunia nyata. Tetapi justru hal inilah yang membuat sebagian besar masyarakat merasa tertarik untuk bergabung dengan organisasi pada media sosial.
4. Tabiat manusia (human nature)
Status pada Facebook maupun media sosial lain sering menunjukkan tabiat narsis, egosentris, ingin merasa lebih dari yang lain dan ingin menonjolkan kelebihan diri sendiri. Banyak juga yang terlihat berusaha membuka kekurangan dan memojokkan orang lain. Tabiat buruk yang dahulu ditutupi, sekarang jelas terpampang pada media sosial seseorang dengan atau tanpa disadari oleh pemilik akun tersebut.
5. Orientasi kegiatan (activity orientation)
Orientasi kegiatan yang bersifat positif antara lain mengupload kegiatan untuk tujuan bisnis, perdagangan atau kegiatan sosial. Orientasi kegiatan yang bersifat negatif antara lain m engupload suatu kegiatan dengan tujuan pamer, atau membangun citra diri.
6 . Persepsi tentang diri sendiri dan orang lain (perseption on self and others)
Perilaku pengguna Facebook yang berusaha membangun konsep diri mereka sendiri dengan menuliskan status pada laman Facebook mereka. Mengekspos diri sendiri untuk mendapat p erhatian orang lain, misalnya dengan mengunduh (upload) foto untuk berlomba mendapatkan “like” dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun