Mohon tunggu...
Teofilus Batista
Teofilus Batista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Sebelas Maret

Saya suka dengan teater musikal, mendengarkan lagu, dan menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh FoMO terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat

1 Desember 2024   23:30 Diperbarui: 1 Desember 2024   23:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu FoMO?

Fear of Missing Out atau dikenal dengan istilah FoMO, adalah fenomena sosial yang pada era modern ini banyak terjadi seiring dengan berkembangnya penggunaan media sosial. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 221,56 juta orang. Angka ini setara dengan 79,5% dari total populasi Indonesia yang mencapai 275,77 juta jiwa. Dengan banyaknya pengguna internet di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial dapat mempengaruhi lingkup pertemanan dan lingkup sosial masyarakat.

Menurut Przybylski (2013: 1481) FoMO merupakan perasaan gelisah yang timbul karena takut akan kehilangan momen kegembiraan dan kesenangan yang dilakukan oleh orang lain. FoMO berasal dari keinginan untuk tetap relevan, terhubung, dan diterima secara sosial. Media sosial membuat kita melihat sisi kehidupan orang lain yang sudah dipoles sedemikian rupa. Hal ini menciptakan standar yang tidak realistis tentang gaya hidup dan menyebabkan rasa tertekan untuk jangan sampai tertinggal tren yang sedang berlangsung.

Selain itu FoMO juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Beberapa gejala seperti ketergantungan media sosial, selalu ingin tahu kehidupan orang lain, dan lebih peduli dengan media sosial daripada kehidupan nyata. Gejala tersebut dapat membuat kita menjadi depresi, mengalami kecemasan, dan tidak dapat mengendalikan keinginan diri. 

Hubungan FoMO dengan perilaku konsumtif

FoMO berpengaruh langsung terhadap sifat konsumtif, karena mempengaruhi individu untuk mengeluarkan uang pada sebuah produk atau pengalaman yang sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan. Banyak di antara pengguna internet dan media sosial yang bahkan rela melakukan pengeluaran lebih besar dibandingkan pendapatan mereka hanya untuk menjadi eksis. Ketika seseorang dikendalikan oleh tekanan FoMO maka orang tersebut cenderung akan bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan kegunaan jangka panjang dan apakah mereka benar benar membutuhkannya atau tidak. Seperti yang baru-baru ini sedang menjadi tren, yaitu boneka labubu. Banyak sekali orang mengantre hingga membentuk kerumunan hanya untuk membeli boneka labubu tersebut.

Pembelian boneka labubu merupakan salah satu contoh dari pembelian impulsif yang terjadi karena FoMO. Hal tersebut hanya dilakukan karena ingin tetap mengikuti tren yang berlangsung, padahal mereka yang membeli sebenarnya tidak membutuhkan barang tersebut. Jika hal ini terus-menerus berlanjut pembelian yang didorong oleh FoMO akan meningkatkan gaya hidup konsumtif ke angka yang lebih tinggi, apalagi pembelian yang dilakukan didasari oleh orang yang memiliki rasa gengsi tinggi dan tidak mau tertinggal tren.

Cara menghindari perilaku konsumtif karena FOMO

Mengurangi penggunaan media sosial dapat membantu mengurangi stress dan menjadikan diri kita lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu. Dengan mengurangi penggunaan media sosial individu dapat melakukan hal yang lebih positif dan menjadi lebih produktif. Melakukan hobi atau kegiatan yang digemari menjadi salah satu solusi untuk menghindari dampak media sosial. Mengurangi konsumsi konten media sosial yang mempengaruhi perilaku konsumtif juga sangat penting dilakukan untuk menghindari FoMO.

Pola hidup dan perilaku konsumtif juga dapat dihentikan dengan mengatasi pengaruh psikologis yang memicu kepada pembelian impulsif. Salah satu caranya adalah melatih diri dan menetapkan tujuan pribadi dan melepas dari ketergantungan validasi media sosial. Membuat rencana keuangan juga akan membantu untuk menentukan skala prioritas, yang akan membuat kita lebih mementingkan apa yang sudah kita rencanakan daripada keinginan hati. Hal ini membuat kita menjadi lebih bijaksana terhadap pengeluaran yang akan kita lakukan. Semua langkah tersebut dilakukan karena dapat mengurangi paparan terhadap perbandingan maupun tekanan yang ditimbulkan oleh media sosial.

Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa FoMO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola hidup konsumtif. FoMO juga dapat mempengaruhi perilaku impulsif seseorang untuk melakukan hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Dampak negatif FoMO juga dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Namun, kita dapat mengubah pola hidup konsumtif menjadi lebih baik dengan penurangan konsumsi media sosial, pengendalian diri, penentuan prioritas, dan pembuatan rencana keuangan. Dengan hal-hal tersebut dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan yang lebih sehat dan fokus terhadap pengembangan diri tanpa merasa terbebani dengan rasa tertinggal tren serta ekspektasi orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun