Ketika lisan dengan mudah mengungkapkan hal-hal negatif tentang orang lain, ini menunjukkan adanya ketidakbersihan batin yang bersangkutan.
Ghibah bukan hanya tentang merusak reputasi orang lain, tetapi juga tentang menciptakan kekacauan dalam hati pelaku ghibah.
Terlepas dari alasan atau tujuannya, perilaku ini mencerminkan kelemahan dalam keadaan hati yang mungkin memerlukan introspeksi mendalam.
Hati dan lisan memiliki hubungan yang erat. Lisan adalah alat yang tidak hanya mengkomunikasikan isi hati, tetapi juga berperan dalam membentuk kembali dan membimbing keadaan hati itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk mengenal seseorang, seringkali kita melihat apa yang diucapkannya dan bagaimana ia berbicara kepada orang lain.
Lisan menjadi panduan yang dapat membantu kita memahami nilai-nilai dan etika seseorang, sekaligus juga kita dapat melihat keadaan batin yang bersangkutan.
Namun, perlu diingat bahwa pandangan kita hanya dapat mengukur tindakan yang terlihat.
Sementara lisan merupakan cerminan hati, dan tidak sepenuhnya menggambarkan seluruh kebaikan atau keburukan hati seseorang. Hanya Allah yang mengetahi secara penuh terhadap perbuatan hati dari semua makhlukNya.
Oleh karena itu, meskipun kita memiliki keterbatasan dalam menilai hati, namun masih dapat memahami banyak hal tentang karakter dan prinsip seseorang melalui lisan dan tindakannya.
Lisan yang digunakan untuk mengungkapkan kebaikan, menghormati, dan membangun adalah cermin dari hati yang terang dan luas.
Sebaliknya, lisan yang penuh dengan kebencian, dan ketidakpuasan adalah cerminan dari keterwakilan dan kekurangan dalam hati yang gelap, sempit dan kerdil.