Mohon tunggu...
Tobari
Tobari Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB/ PPs Universitas Muhammadiyah Palembang

Berharap diri ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sebuah Renungan: Lisan sebagai Cermin Hati

17 Juli 2023   08:07 Diperbarui: 17 Juli 2023   08:11 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto:  umma.id/

"Sebuah Renungan: Lisan sebagai Cermin Hati"

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali melihat bahwa cara seseorang berbicara dapat memberikan gambaran tentang kepribadian mereka.

Bahasa yang digunakan, intonasi suara, dan pilihan kata-kata semuanya dapat mencerminkan kondisi hati dan pikiran seseorang.

Seperti yang dikatakan oleh pepatah, "Baik atau buruknya lisan adalah cermin dari baik atau buruknya hati."

Analogi yang dapat kita gunakan untuk menjelaskan hubungan ini adalah moncong teko. Moncong teko adalah tempat keluarnya minuman dari teko.

Jika yang sering keluar dari moncong teko adalah susu, maka dapat diasumsikan bahwa isi di dalam teko juga adalah susu.

Sebaliknya, jika yang sering keluar dari moncong teko adalah air kotor, maka kita dapat menyimpulkan bahwa isi di dalam teko juga adalah air kotor.

Sama halnya dengan lisan, ia berfungsi sebagai moncong teko yang mengungkapkan apa yang ada di dalam hati.

Lisan menjadi saluran ekspresi dari apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang.

Jika kata-kata buruk, kasar, atau penuh kebencian sering keluar dari lisan seseorang, itu adalah cerminan dari buruknya keadaan hati dan pikirannya.

Mereka mungkin memiliki kecenderungan untuk melampiaskan kemarahan, frustasi, atau ketidakpuasan mereka kepada orang lain.

Sebaliknya, jika seseorang sering menggunakan kata-kata yang baik, lembut, dan penuh kebaikan, itu menunjukkan bahwa hatinya juga baik.

Mereka mungkin memiliki ketulusan, empati, dan keinginan untuk memberikan dukungan dan kasih sayang kepada orang lain.

Ketika kita mendengar seseorang berbicara dengan rendah hati, mengucapkan kata-kata yang menginspirasi, atau mengajukan saran yang bijaksana, kita dapat merasakan kedamaian dan kebaikan yang ada dalam hati mereka.

Juga perlu diingat bahwa lisan seseorang dapat terpengaruh oleh kondisi eksternal.

Kita semua mengalami perubahan suasana hati dan emosi yang dapat memengaruhi cara kita berbicara.

Bahkan orang dengan hati yang baik dapat terjebak dalam situasi yang sulit, menyebabkan dia menggunakan kata-kata yang tidak sepenuhnya mencerminkan kebaikan batinnya.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengambil langkah untuk menjaga hati kita tetap baik, sehingga lisan kita dapat menjadi saluran positif bagi kebaikan.

Membangun kesadaran diri adalah langkah pertama dalam memperbaiki kualitas lisan kita.

Dengan memperhatikan kata-kata dan ekspresi yang kita gunakan, kita dapat lebih memahami keadaan hati dan pikiran kita sendiri.

Saat kita melihat kekurangan dalam cara kita berbicara, kita dapat melakukan refleksi diri dan mencari cara untuk memperbaiki diri kita sendiri.

Selain itu, mengasah kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian juga penting.

Ketika kita mendengarkan orang lain dengan baik, kita dapat memahami perasaan dan pemikiran mereka dengan lebih baik.

Ini membantu kita untuk merespons dengan bijaksana dan memilih kata-kata yang tepat dalam berkomunikasi.

Dengan memberikan perhatian yang tulus kepada orang lain, kita juga memperkuat kebaikan dalam hati kita sendiri.

Baik atau buruknya lisan memang mencerminkan keadaan hati seseorang.

Analogi moncong teko yang mengeluarkan apa yang ada di dalamnya membantu kita memahami konsep ini dengan lebih jelas.

Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk menjaga kebaikan dalam hati kita agar lisan kita menjadi cermin yang memancarkan kebaikan kepada alam disekitar kita.

Dengan cara ini, kita dapat membangun hubungan yang lebih harmonis dan memberikan inspirasi bagi orang-orang di sekeliling kita.

Penting bagi kita untuk mengingat bahwa perbaikan lisan tidak terjadi dalam semalam.

Ini adalah proses yang membutuhkan kesabaran, kesadaran diri, dan tekad yang kuat.

Langkah yang harus kita lakukan untuk memperbaiki hati dan lisan kita, antara lain:

1. Kita perlu mempraktikkan kebaikan dalam pikiran dan hati kita.

Saat kita mengisi pikiran kita dengan pemikiran yang positif dan belas kasihan, dampaknya akan tercermin dalam lisan kita.

Mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan dan melihat sisi terbaik dari setiap situasi dapat membantu kita menghindari mengeluarkan kata-kata yang buruk atau merugikan orang lain.

2. Penting bagi kita untuk memperhatikan bagaimana kita merespons situasi yang menantang.

Jika kita menghadapi konflik atau ketegangan, belajarlah untuk menjaga ketenangan dan mengendalikan emosi kita.

Ketika kita mampu menahan diri dari menggunakan kata-kata yang menyakitkan atau mengejek, kita menunjukkan kedewasaan dan kebaikan hati.

Menggunakan kata-kata yang bijaksana dan lembut dapat membantu membangun jembatan komunikasi yang baik dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

3. Kesadaran akan efek dari kata-kata kita juga sangat penting.

Setiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan untuk menciptakan perubahan.

Kata-kata yang positif dan membangun dapat menginspirasi, menyemangati, dan mengubah hidup orang lain.

Sebaliknya, kata-kata yang negatif dan merugikan dapat melukai, merusak hubungan, dan memicu konflik.

Dengan menyadari dampak kata-kata kita, kita dapat menggunakan lisan kita sebagai sarana untuk memberikan dukungan, mendorong, dan menciptakan perubahan yang positif dalam kehidupan orang lain.

4. Kita juga perlu mengasah kemampuan mendengarkan dengan empati.

Ketika kita benar-benar mendengarkan orang lain, kita dapat memahami perasaan, kebutuhan, dan perspektif mereka.

Ini membantu kita merespons dengan lebih baik dan memilih kata-kata yang relevan dan bermakna.

Dalam mengomunikasikan pemahaman dan penghargaan terhadap orang lain, kita membangun ikatan dan memperkuat hubungan kita.

5. Ingatlah bahwa perjalanan untuk memperbaiki kualitas lisan kita adalah upaya terus-menerus.

Kita mungkin tergelincir dari waktu ke waktu dan menggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan hati kita.

Namun, penting bagi kita untuk tidak menyerah dan mengambil setiap kesempatan sebagai pembelajaran.

Dengan kesabaran dan ketekunan, kita dapat terus tumbuh dan mengembangkan kebaikan dalam lisan kita.

Kesimpulan 

Lisan adalah cermin dari hati.

Analogi moncong teko membantu kita memahami bahwa apa yang keluar dari lisan kita mencerminkan isi hati kita.

Dengan menjaga kebaikan dalam hati kita, memperhatikan kata-kata yang kita gunakan, dan mempraktikkan empati, kita dapat memperbaiki kualitas lisan kita.

Melalui lisan yang baik, kita dapat membangun hubungan yang harmonis, menginspirasi orang lain, dan memberikan kontribusi positif kepada alam di sekitar kita.

Semoga tulisan ini akan ada manfaatnya. (Tobari)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun