Sementara ibadah liturgis selalu menyangkut kebersamaan yang lebih besar dari individu, Â yang tentunya porsi-porsi individu tidak diabaikan, bahkan mendapat peran penting; seperti saat teduh sebelum unsur pengakuan dosa.Â
Karena ibadah liturgis menyangkut kebersamaan, maka ia membutuhkan bentuk yang secara bersama bisa dimengerti, mampu mengakomodasi expressi individu dan bersama secara wajar. Karena itu faktor tradisi dan konteks jaman memainkan peranan penting.
Dalam Kitab Perjanjian Lama, Firman Allah tidak didominasi dalam khotbah, tapi dalam bacaan, perenungan, nyanyian yang memuat pengajaran yang diulang-ulang (pengunyahan) yang merupakan proses internalisasi.Â
Kelihaian berkhotbah mulai mendapat kepentingannya dalam Kitab Perjanjian Lama sebagai efek dari sistem pendidikan retorika. Sedikit tidaknya, efek yang berbeda muncul dalam karakter khotbah Paulus dan Apolos yang akhirnya mendatangkan gejolak keberpihakan dalam jemaat korintus (bnd. I Kor. 1:12).
Perobahan situasi kehidupan jemaat memang menuntut cara hidup dan ibadah yang berbeda pula. Kita menyadari bahwa, gereja selalu berada dalam masa transisi, tidak pernah berada dalam kondisi fix dan permanent.Â
Konteks sekarang; kita berhadapan dengan konteks kebudayaan dan agama tradisional di satu pihak, tapi kita juga bergumul dengan konteks modernisasi yang dengan nyata menjadi bagian hidup masyarakat yang mendatangkan perobahan nilai (pola pikir/pengertian/penghayatan).
Karena itu, gereja tidak boleh berhenti bergumul memperbaharui hidupnya agar menjadi kesaksian yang benar tapi relefan dalam penyampaiannya. Berhenti bergumul dan mempermanenkan suatu pengalaman sejarah sebagai standard dapat membuat gereja kita menjadi monumen antik.Â
Sehubungan dengan upaya pembaharuan liturgi, maka yang kita cita-citakan adalah ibadah yang kontekstual dengan muatan-muatan konteks yang tertuang dalam unsur-unsur liturgi, tapi tetap didasarkan pada theologi dan struktur prinsipil liturgi.Â
Bagaimana menciptakan ibadah yang kontekstual tapi berdasar pada theologi dan prinsip liturgi? Apakah online masuk dlm kategori ibadah? Saya khawatir yg terjadi bukan ibadah, tetapi jemaat diajak menonton konser ibadah.
Untuk menjawab apakah ada ibadah online? Saya berharap masalah ini akan dibahas dalam semiloka tersendiri, karena ia membutuhkan waktu dan latihan yang cukup.
Usulan saya, daripada gereja sibuk dgn urusan ibadah online yg belum jelas pertanggunjawaban teologisnya, lebih baik gereja fokus membina keluarga-keluarga utk menghidupkan ibadah dimasing-masing keluarga jemaat.Â