Mohon tunggu...
Tmarsyam
Tmarsyam Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Seorang freelancer penulis fiksi. Pengurus beberapa personal blog. Kunjungi akun instagramnya di tautan terlampir. Salam literasi!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Belum "Mati"

18 Agustus 2018   18:37 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:50 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan namaku adalah Syafina Dinda Artika Sari, nama yang cukup panjang untuk generasi sekarang ini. Tahun ini aku belum genap berusia dua puluh tahun mungkin mendekati, tapi karirku boleh dikatakan cukup baik untuk remaja dewasa seusiaku.

Aku bekerja pada sebuah majalah terkemuka Ibukota. Entah aku tidak begitu mengingat hal apa yang membuatku jadi berani sekali mengajukan untuk profesi yang saat ini aku jalankan, bahkan dengan tidak adanya pengalaman apapun saat itu. Seiring waktu aku bisa menjawab keraguanku sendiri itu, malah aku menjadi ujung tombak meningkatnya minat pembaca membeli majalah kami hanya karna tulisan-tulisanku yang terkenal ekstrim dan mengandung makna yang kuat.

"kamu yakin,Fin mau bawa ini ke pimred?" tanya seorang rekan kerjaku.

Aku memegang satu rangkap tulisan yang sudah aku cetak yang rencananya akan aku naikkan ke pimpinan redaksi. Tapi sejujurnya aku masih ragu dengan itu. Aku masih ragu apakah ini layak diterbitkan atau malah akan jadi boomerang untuk karirku sendiri. Memang tulisan yang unik dan orisinil adalah yang dicari untuk majalah kami, kurasa dimanapun itu. Namun untuk topik yang aku pilih ini, aku juga jadi berfikir apakah ini terlalu berlebihan dan akan membawa dampak negatif kedepannya.

***

Pemuda bernama Rinto ini begitu antusias saat aku menerima permintaannya untuk menjadikan kisah hidupnya sebagai bagian dari tulisanku yang berikutnya untuk majalah kami. Dia sebetulnya ada kelainan-setidaknya itu cerita yang aku dapat dari warga sekitar. Dari informasi yang aku terima, tidak ada salahnya juga jika aku mendengarkan cerita-ceritanya dulu. Sebab warga bilang, Rinto kadang-kadang waras terkadang ngelantur. Mungkin dengan kehadiranku sebagai pendengarnya bisa menjadi terapi juga buat kesembuhannya yang total.

"iya,silahkan!" ujarku padanya.

Sebelumnya aku sudah berbincang dengan keluarga Rinto terlebih dahulu. Mamanya seorang guru matematika di sekolah menengah atas, sedang papanya bekerja sebagai pegawai di salah satu bank swasta. Melihat latar belakang keluarga ini, tentu bukan masalah ekonomi yang membuat Rinto menjadi hilang kendali atas dirinya sendiri. Itu juga yang membuatku tertarik untuk menggali tentang dirinya lebih dalam, walaupun pada awalnya dia yang meminta itu duluan dariku.

Waktu itu, aku tengah memotret kegiatan warga dikomplek tempat keluarga Rinto tinggal. Ada satu artikel yang aku hendak buat saat itu mengenai keramah-tamahan warga melestarikan lingkungan tempat tinggalnya. Ketika itu, komplek perumahan itu sedang hangatnya diperbincangkan sebagai kawasan yang brilian dalam memberikan nuansa hijau dilahan perkotaan. Seluruh warga di komplek ini kompak menanam pohon-pohon rindang yag berguna untuk penghijauan dan udara segara setidaknya untuk daerah itu saja.

Dan Rinto tiba-tiba menepuk pundakku dan tertarik dengan apa yang aku lakukan dengan kameraku. Ia melihat-lihat caraku mengambil gambar untuk jadi headline ku nanti di majalah. Lalu dengan tidak sedikitpun terlihat kalau dia itu ada kekurangan dalam mentalnya, aku terkesima dengan gaya bicaranya yang penuh dengan pemikiran yang mendalam berbicara kepaku.

"Memang sekarang sulit dibedakan mana yang murni berpolitik dan mana yang mempolitisi politik." terangnya padaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun