Mohon tunggu...
Tjitjih Mulianingsih Ws
Tjitjih Mulianingsih Ws Mohon Tunggu... Guru - Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Guru yang menyukai menulis dan berkebun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gerbong Kereta

20 Oktober 2021   11:10 Diperbarui: 20 Oktober 2021   11:14 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hati hati di jalan" Begitu katamu selalu
Kota ini tiba tiba dingin dan
Berangin.
Perjalanan setiap stasiun menyuguhkan sajian pemandangan yang berbeda.

 Peron- peron menggambarkan bahasa matamu yang tafsirannya tergantung kelupasan hati

Hujan ikut mengiringi derit rel kereta.
Kau tahu bunyinya seperti raungan amarahmu ketika sedang merasa diingatkan sesuatu.

Kereta akan tiba  beberapa jam lagi, mengingatkan akan saatnya  kembali sendiri nanti

Kemarin peringatan kelahiran pemilik wajah seterang rembulan.
Sebuah tanya ditunjukkan
"Jika Dia disisimu sekarang, apa yang kau lakukan?"
"Sudilah kiranya membawaku pulang ke tempat seharusnya"
Tetiba mataku membasah, ah rindu yang tak berkesudahan.

Karawang, 20 Oktober 2021
Tjitjih Mulianingsih Ws

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun