"Hati hati di jalan" Begitu katamu selalu
Kota ini tiba tiba dingin dan
Berangin.
Perjalanan setiap stasiun menyuguhkan sajian pemandangan yang berbeda.
 Peron- peron menggambarkan bahasa matamu yang tafsirannya tergantung kelupasan hati
Hujan ikut mengiringi derit rel kereta.
Kau tahu bunyinya seperti raungan amarahmu ketika sedang merasa diingatkan sesuatu.
Kereta akan tiba  beberapa jam lagi, mengingatkan akan saatnya  kembali sendiri nanti
Kemarin peringatan kelahiran pemilik wajah seterang rembulan.
Sebuah tanya ditunjukkan
"Jika Dia disisimu sekarang, apa yang kau lakukan?"
"Sudilah kiranya membawaku pulang ke tempat seharusnya"
Tetiba mataku membasah, ah rindu yang tak berkesudahan.
Karawang, 20 Oktober 2021
Tjitjih Mulianingsih Ws