"Buka, buka pintunya Desi!"Â
Suara teriakan keras membangunkanku, aku tercekat,"apalagi ini?" Pikirku
Pandangan mataku langsung tertuju kepada seorang laki laki yang terbaring di sofa. Â Dia mengigau.
"Wuih, ternyata dia masih disini." Â Kulirik jam dinding, tepat jam 05.30. Â Bergegas aku bangun menuju kamar mandi, sholat subuh.
Setelah subuh, aku membuka gordin. Pemandangan kota pagi hari biasanya menyemangati.
"Hey bangun, subuh!" Â Lelaki itu menggeliat, tetapi tertidur lagi.
Wowok nama lelaki gondrong itu, nama panjangnya tak perlulah diceritakan karena cukup panjang dan mengandung mistis menurut ceritanya. Â Dia sahabatku sejak kuliah di sebuah kampus hijau. Â Pandai bersosialisasi dan jago merangkai kata. Â
Hingga saat ini, Dia  sudah  menerbitkan beberapa buku puisi dan Novel. Selepas  kuliah, Wowok langsung bekerja di sebuah perusahaan internasional.  Nasibnya dari segi ekonomi sedikit lebih baik dibanding aku yang hanya auditor freelance di beberapa konsultan.  Tetapi yang membuat iri adalah, dia selalu dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik.
"Pujangga" kami menjulukinya karena kepiawaiannya dalam merangkai kata dan membuat kalimat-kalimat rayuan. Tak heran istrinya sekarang sudah dua, Desi dan Ulfah. Hiks padahal aku dalam urusan jodoh masih menjomblo hingga kini. Â "Bujangan lapuk" kata Wowok. Â
Aku  sendiri menjulukinya "Kleyang kabur kanginan".  Karena seringnya beredar di tempat-tempat nongkrong atau sebuah cafe untuk menulis. Setelah menyeduh kopi aku kembali meneruskan pekerjaanku.  Mengolah data di laptop.  Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB.  Perutku keroncongan.
"Uahhhhmmm, enak sekali tidurku" Wowok menggeliat dan bergegas ke kamar mandi.Â