Namun, perlu diingat bahwa penggunaan metode analisis keuangan ini harus disesuaikan dengan konteks bisnis yang spesifik dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin relevan, seperti risiko bisnis, faktor pasar, dan pertimbangan strategis. Dalam hal ini, penting untuk melibatkan ahli keuangan atau konsultan bisnis untuk melakukan analisis yang lebih mendalam dan menyeluruh sebelum mengambil keputusan terkait penerimaan atau penolakan calon usaha.
Misalnya, kita akan menggunakan contoh bisnis proposal untuk pembukaan sebuah restoran baru di daerah perkotaan. Berikut adalah ringkasan proposal bisnis tersebut:
Deskripsi Bisnis:
Restoran akan menyajikan masakan lokal dengan sentuhan modern. Menyediakan suasana yang nyaman dan layanan berkualitas tinggi kepada pelanggan. Membangun hubungan dengan produsen lokal untuk mendapatkan bahan baku segar dan mendukung ekonomi lokal.
Investasi Awal:
Investasi awal yang dibutuhkan untuk membuka restoran ini adalah $200.000. Dana akan digunakan untuk menyewa lokasi, mengganti peralatan dapur, dekorasi, memasarkan restoran, serta persediaan awal.
Proyeksi Arus Kas:
Dalam proposal bisnis ini, diharapkan terdapat proyeksi arus kas selama 5 tahun ke depan. Proyeksi ini mencakup pendapatan dari penjualan makanan dan minuman, biaya operasional (gaji karyawan, sewa, bahan baku, listrik, dan sebagainya), dan perhitungan laba bersih.
Dalam analisis menggunakan lima metode yang disebutkan sebelumnya, berikut adalah contoh hasil evaluasi menggunakan metode-metode tersebut:
Net Present Value (NPV): Dengan menghitung nilai sekarang dari proyeksi arus kas, didapatkan NPV sebesar $50.000. Ini menunjukkan bahwa nilai sekarang dari arus kas bersih melebihi investasi awal, sehingga usaha restoran ini layak dipertimbangkan.
Internal Rate of Return (IRR): Dari proyeksi arus kas, diperoleh IRR sebesar 15%. Jika tingkat suku bunga yang relevan atau tingkat pengembalian yang diharapkan adalah 10%, maka IRR yang melebihi 10% menunjukkan bahwa usaha restoran ini layak dipertimbangkan.