Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Mental Generasi Muda Rapuh?

27 November 2024   04:28 Diperbarui: 27 November 2024   08:28 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat Over protection 

Rata rata, mahasiswa yang kuliah,sambil kerja paruh waktu adalah mereka yang orang tuanya hidup pas pasan.

Sedangkan bagi yang orang tuanya mampu, tugas mereka hanya satu. Yakni belajar.  Akibatnya, mereka kurang mendapatkan kesempatan untuk pendidikan karakter .

Bekerja paruh waktu sementara masih kuliah, sesungguhnya bukanlah semata mata karena alasan ekonomi. Melainkan merupakan sebuah proses pembelajaran diri bagi generasi muda, agar menjadi Sarjana yang " siap pakai" 

Cucu kami, bahkan sejak masih duduk dibangku S.M.A sudah mulai bekerja partime. . Begitu lulus Sarjana, langsung diterima bekerja di salah satu bank di Perth. Jadi bekerja paruh waktu sementara masih kuliah, bukan merupakan takaran kondisi ekonomi keluarga. 

Tetangga kami kaya raya, tetapi anak anak mereka juga bekerja partime 

Pernah saya ceritakan pada  ponakan cucu kami di Kampung halaman. Tapi jawaban nya :"Tulisan Opa tentang cucu yang begitu selesai di wisuda,langsung mendapatkan pekerjaan,bagi kami yang tinggal di indonesia,hanya merupakan angan angan. Saya sudah menurunkan target saya .Semula target yang ingin saya capai adalah bekerja disalah satu bank Tapi kini saya sudah pasrah,kerja dimanapun boleh .Tetap saja tidak ada lowongan kerja yang sesuai " 

 Ini sepotong cuplikan dari curhat salah seorang cucu keponakan saya  sebut saja namanya Robi . Karena menurutnya ,dirinya sudah berusaha secara maksimal dan sudah mentok. Berarti tidak menemukan jalan lain,alias sudah menyerah.


Masalah Klise

Membayangkan begitu banyak pemuda ,yang  menjadi harapan bangsa, baru terbentur masalah pekerjaan saja ,sudah mengatakan :"mentok" berarti sudah menyerah dan putus asa. Bagaimana nasib mereka kelak?

 Apakah mereka hanya duduk merenung murung dan mengisolasi diri dari pergaulan masyarakat  ? Atau jangan jangan mereka direkrut untuk melakukan perkerjaan yang akan menghancurkan masa depan mereka? Tentu tidak mudah untuk menjawabnya.

Namun bayang bayang gelap ini dapat dirasakan ,bila kita membaca data dari Badan Pusat Statistik,bahwa di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 7 juta orang pencari kerja yang menganggur.

Mengapa mereka  lebih memilih menjadi penganggur,ketimbang berusaha untuk kerja mandiri. ?

Over expectation yang ditiup tiupkan ,seakan titel sarjana adalah kunci atau pasword untuk mendapatkan pekerjaan ternyata tidak ditemukan dalam kenyataannya. Dan semakin tinggi sebuah harapan dilambungkan,akan semakin mempertinggi rasa kekecewaan yang ditimbulkan,ketika menghadapi kenyataan yang berbeda total dengan apa yang menjadi impian mereka. 

Karena itu seharusnya sejak sedini mungkin ,anak anak diberikan kesempatan untuk mengalami pendewasaan dalam sikap mental,dengan kerja paruh waktu 

Walaupun orang tua tergolong mampu, tetapi kerja paruh waktu bukan dikarenakan butuh uang,melainkan peluang emas untuk mempersiapkan anak anak memiliki kedewasaan dalam bersikap

Renungan kecil di pagi indah 

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun