Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dalam Kondisi Terpuruk

19 Mei 2024   04:22 Diperbarui: 19 Mei 2024   05:45 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto: nostalgia bersama tetangga sewaktu masih di Tanah Kongsi. Tampak di.background adalah tempat tinggal kami semasa dulu/. Dokumentasi p

Terasa Ujian Hidup Teramat Berat

Dalam kondisi hidup sudah berkecukupan ,apapun kata orang kita dengan mudah bersikap masa bodo. Kalaupun terkadang ada komentar yang terasa agak miring,  mudah kita tepis dengan prinsip EGP - Emangnya Gua Pikirin? "

Tetapi dalam kondisi terpuruk , rasa sensitive kita selalu mendominasi suasana hati.. Apalagi bertamu ke rumah kerabat tapi hanya diterima di depan pintu pagar Terasa sangat menusuk hati.

Suatu waktu, Putra kami sudah seminggu sakit dan sering kejang kejang. Untuk kedokter,sama sekali tidak ada uang  Semua barang perhiasan isteri sudah lama ditunaikan demi untuk tetap bertahan hidup kami bertiga. Pada waktu itu anak kami baru satu orang. Bahkan semua pakaian yang masih laku dijual sudah kami jual.

Karena itu saya memberanikan diri untuk mendatangi rumah kerabat kami yang kaya.  Tiba didepan pintu pagar,saat saya disambut oleh pembantu rumah tangga Om saya. Saya sampaikan bahwa saya ingin ketemu sama Om dan tante saya, sambil menyebut nama saya disebut dan nama orang tua saya. " Sebentar saya tanyakan ya" kata si Mbak, sambil berjalan masuk.

Selang beberapa saat,si Mbak kembali dan bilang:' Maaf ya. Bos bilang:" lagi sibuk, tidak bisa terima tamu "

Saya terpana dan bilang:' Baiklah Mbak ' Dengan suasana hati yang galau dan terluka,saya meninggalkan rumah Om saya yang kaya.

Dianggap remeh, sehingga diri kita dianggap tidak layak masuk ke dalam rumah nya, sungguh sangat melukai amat sangat. Terus mau apa? Mau bunuh diri? Atau mau mengamuk?

Syukurlah, saya sudah kenyang makan olokan dan hinaan, dari orang-orang yang awalnya saya harapkan dapat mencarikan solusi agar dapat mengubah nasib. Karena itu, apalah artinya ditambah dengan satu atau bahkan sepuluh hinaan lagi?

Cuplikan Pengalaman Hidup 

Karena itu sering kali saya tuliskan bahwa hidup tidak seindah kisah Cinderella. Yakni Sang Pangeran jatuh cinta pada sang Putri. Mereka menikah dan hidup berbahagia selama lamanya.

Tetapi dalam kehidupan nyata, hidup itu harus melalui jalan licin dan terjal Tidak jarang teramat menyakitkan . Apalagi saat jadi bahan olokan. Salah satu kalimat dari kerabat dekat kami:" Makanya jangan cepat cepat menikah. Kasihan anak isteri". Sudah tidak membantu,tapi mengucapkan kata kata yang sangat melukai hati.

Jadikan Hinaan Sebagai Cambuk Diri

Walaupun manusia bukan seekor kuda yang harus dicambuk agar mau berlari, tapi tak urung setiap hinaan dapat dijadikan sebagai cambuk diri 

Untuk dijadikan motivasi yang sangat kuat menghadirkan empowering dalam diri. Hinaan demi hinaan dapat dijadikan cambuk diri untuk kerja lebih keras, agar dapat mengubah nasib. Untuk itu harus mampu mengalahkan diri sendiri.

Karena tidak seorangpun dapat mengubah nasib kita kecuali diri sendiri. Bahkan ada tersurat:"Tuhan tidak akan mengubah nasib kita,kalau kita sendiri tidak mau berusaha dan kerja keras untuk mengubah nasib kita '

Kisah Masa Lalu Yang Kelam 

Menceritakan tentang masa lalu yang kelam dan menyakitkan, tentu saja bukanlah untuk menarik simpati 

Melainkan semata mata diharapkan dapat menjadi inspirasi dan sekaligus memotivasi orang yang sedang berusaha untuk mengubah nasib.

Bahwa kalau kami mampu mengubah nasib ,dari hidup yang hampir mencapai titik nadir,berarti orang lain juga pasti bisa. Sekaligus mengingatkan,bahwa dari titik nadir ,menuju kepada kondisi hidup yang berkecukupan,harus diisi dengan kerja keras dan doa serta pantang menyerah. Meratapi nasib tidak akan mengubah apapun malahan semakin membuat hidup semakin terpuruk.

Tidak ada jalan toll kehidupan. Semuanya harus melalui proses yang panjang dan terkadang sangat menyakitkan.

Renungan kecil dipagi musim gugur 

Tjiptadinata Effendi 
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun