Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa dan Pantang 3 Tahun?

31 Maret 2024   08:14 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:17 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan foto:Di Pasar Tanah Kongsi inilah kami dulu tinggal selama bertahun tahun/ Dokumentasi pribadi 

Dikira Bercanda 

Setiap bulan Ramadan tiba, walaupun tidak ikut berpuasa, banjak kenangan indah dan pelajaran hidup yang saya ingat. Tetapi pernah ada kenangan pahit, yang akan saya bagikan lewat tulisan Ini

Hari ini umat Katolik sedunia merayakan Hari Paskah yang dimaknai sebagai Hari Kemenangan. Memang melawan diri sendiri dapat mencapai reborn atau dilahirkan kembali. Sejujurnya saya bukanlah termasuk tipe yang agamis. Saya tidak hafal ayat ayat kitab Suci.

Kembali Ketopik

Pada waktu itu saya dan isteri ikut hadir dalam diskusi pendalaman Iman Katholik. Karena bertepatan dengan bulan Puasa dan pantang,maka Topik pembahasan adalah seputar memaknai arti Puasa dan pantang.

PUASA berarti:makan kenyang hanya satu kali dalam sehari.Sedangkan berpantang adalah menahan diri dari berbagai kesenangan diri 

Misalnya:

Tidak nonton

Tidak minum ice cream

Tidak makan di restaurant

Tidak shopping

Dan seterusnya.

Saat saya diminta untuk berbagi Pengalaman pribadi tentang Puasa dan pantang, saat saya mengatakan:

" Kami tiga tahun Puasa dan pantang"

Terdengar suara ketawa dari seluruh peserta diskusi pendalaman Iman Katholik.

Tapi Sang Moderator diam diam dan dan melihat kearah saya dengan wajah berang Dan bilang:" Anda jangan mengolok olokan masalah iman. "

Saya terdiam. Sama sekali tidak merasa mengolok olokan Iman Katholik.

Karena memang hidup yang kami jalani seperti itu.

Sarapan pagi sepotong ubi rebus plus air teh tawar

Makan siang bubur dengan kecap

Makan malam sebungkus nasi ramas dimakan bertiga

Tidak ada tv

Tidak ada radio

Ice cream.hanya dalam mimpi

Restaurants? Membayangkan saja tidak berani

Saya jawab ke Sang Moderator;'Demi Tuhan hidup kami seperti itu Pak. Bila ada waktu,datanglah ke Pasar Tanah Kongsi.

Saya jualan Kelapa Parut. '

Sang Moderator diam. Hanya sekretaris menjawab:" Baik sudah kami catat '

Menanti dengan sia sia

Saya berharap suatu waktu akan datang team Pendalaman Iman. Mungkin bawa nasi ramas untuk kami makan. Tapi ternyata harapan tersebut berguguran.

Sejak saat itu tidak pernah lagi hadir dalam diskusi pendalaman Iman Katholik.

Karena kuatir, ntar Iman saya terlalu dalam, hingga lupa bahwa Iman tanpa cinta kasih adalah sia sia.

Ijinkanlah saya kutip sebait lirik lagu:"

Andaikan kulakukan 

Yang luhur mulia

Jika tanpa kasih cinta

Hampa tak berguna....."

Biarlah Iman saya setipis kartu ATM Yang penting kasih sayang terhadap sesama yang membutuhkan tidak pernah hilang

Selamat Merayakan Hari Raya Paskah bagi yang merayakan

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun