Pernah Mengenal Kita
Terinspirasi oleh sebait lirik lagu.
 " Bukan perpisahan yang kutangisi ,tetapi pertemuan yang kusesali."Â
Ini bukanlah karya saya,tapi dikutip dari lirik lagu.
 Siapa pengarangya, belum sempat cari tahu.
Kalimat bersahaja, tetapi sarat ungkapan kegetiran yang mendalam terhadap sosok yang telah melukai hati sangat dalam.
Orang yang disayangi dan dpercayai sepenuh hati, ternyata adalah sosok yang penuh kepalsuan.
Kisah ini bukanlah karangan fiktif, tapi sungguh terjadi dalam kehidupan.Â
Mari kita bertanya pada hati masing masing. Disana ada jawaban. :"Benar,saya sudah mengalami nya. Orang yang kami sayangi seperti anggota keluarga sendiri ternyata tega menghianati kami. Mungkin setiap orang pernah mengalami dengan versi yang berbeda.
Untuk menghindari agar jangan sampai terjadi pada diri kita. Yang menyebabkan orang yang mengenal dan menyayangi diri kita, saking kecewa, mengatakan kepada kita kalimat diatas . Kami berdua menjalani hidup dengan cara sangat sederhana.
Yakni:
Tampil apa adanya.
Berbicara dari hati,maka yang keluar adalah sebuah ketulusan.
Berbicara dari olahan pikiran maka yang hadir adalah kepalsuan .
Bila kita menulis:
"Anandaku sayang" maka tulislah kalau memang terbitnya dari lubuk hati terdalam.
Hidup dalam ketulusan hati sungguh merupakan sebuah kebahagiaan . Tak ada yang disembunyikan.Â
Karena tidak ada orang yang kelak menyesal pernah mengenal dan menyayangi diri kita.
Hanya sebuah renungan kecil dipagi indah
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H