Setelah menghabiskan waktu di penampungan tahanan imigrasi dan sudah diperbolehkan untuk bekerja ,ia mulai kerja secara serabutan Antara lain:  sekuriti ,juru masak, dan sopir taksi, sehingga  mampu mensponsori migrasi istri dan keempat anaknya ke Australia.
Ayahnya berhasil memboyong seluruh anggota keluarga . Mereka tiba di Australia pada tahun 2003, pada waktu itu Fatima berusia delapan Menetap di Perth western AustraliaÂ
Tahun 2018, ayah Fatima meninggal karena komplikasi dan  leukemia.
 Kedukaan mendalam ini menjadi turning point  dalam hidup Fatima  untuk mengubah nasibnya.
Dan dalam usia 27 tahun, yakni tahun lalu, Fatima terpilih sebagai Senator. Fatima telah membuktikan pada dirinya dan pada dunia bahwa: " Your destiny is in your hands and my Destiny is in my hands"
Tulisan ini sama sekali tidak ada hubungan dengan politik. Semata mata Dari sudut kemanusiaan saja. Betapa dari seorang pengungsi, Fatima mampu menduduki Kursi Senator di Western Australia. Padahal posisinya adalah double minoritas di negeri Kanguru iniÂ
Sumber bacaan:
https://www.walabor.org.au/pages/fatima-payman-senate
Tjiptadinata EffendiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H