Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jadi Sinterklas dengan Uang Pinjaman

30 Juni 2023   19:31 Diperbarui: 1 Juli 2023   04:56 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi


Yang Kelak Akan Disesali Sepanjang Hayat

Satu hal yang tidak dapat dibantah adalah bahwa:" Orang tua sudah pernah muda, tetapi orang muda belum pernah merasakan hidup sebagai orang tua." Kalimat yang berbau filosofi ini hendaknya dimaknai bahwa:"Orang tua sudah belajar lebih dulu tentang kehidupan, ketimbang orang muda.

Experience is the best teacher. Pengalaman adalah Guru Terbaik. Salah satu pelajaran berharga tentang memaknai arti kehidupan adalah seperti judul artikel ini. 

Yakni Jangan sampai terbius oleh kesuksesan semu . Popularitas sesaat sering menyebabkan orang lupa diri.

Kesuksesan mengacu pada pencapaian atau prestasi yang seolah-olah memberikan kepuasan dan kebahagiaan, tetapi pada akhirnya tidak membawa manfaat jangka panjang atau memenuhi kebutuhan yang lebih dalam. Beberapa contoh kesuksesan semu yang umum meliputi mencapai kekayaan material, popularitas atau ketenaran yang sementara, atau pencapaian prestasi yang diakui secara luas tetapi tidak sejalan dengan nilai-nilai pribadi.

Meskipun kesuksesan semu mungkin tampak memikat dan memuaskan pada awalnya, ada beberapa alasan mengapa dapat menyebabkan penyesalan di kemudian hari . Kesuksesan semu cenderung berfokus pada pencapaian eksternal seperti uang, status, atau pengakuan, sementara kebutuhan emosional seperti hubungan yang bermakna, kesehatan mental yang baik, dan kebahagiaan sejati terabaikan. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan kekosongan dan kekecewaan. Dan hidup dalam penyesalan mendalam. Saat penyesalan datang, semuanya sudah terlambat untuk diperbaik.


Kesuksesan semu sering kali tidak memenuhi kebutuhan yang lebih dalam dalam kehidupan pribadi dan keluarga

Tanpa adanya kepuasan batin yang mendalam, orang akan menjalani hidup dalam kesepian tak berujung.

Jadi Sinterklas Dengan Uang Kredit Bank

Seperti yang pernah saya tuliskan, salah seorang sahabat saya,sebut saja namanya Dedi. Dikenal sebagai sosok yang orang sukses. Setiap kali makan di restaurant, semua orang yang menyapa dirinya ditraktir makan. Pada awalnya semua berjalan lancar. Semua orang menyapa:"Selamat pagi Boss" Dedi merasa tersanjung dimana mana disambut dengan sebutan Boss.

Tetapi saking terhanyut oleh sanjungan,Dedi lupa bahwa setiap sen yang dibagikan adalah uang pinjaman. Terbukti dibelakang hari perusahaannya mengalami kredit macet. Rumahnya yang dijadikan agunan sewaktu mengajukan kredit ke bank disita . Sehingga saking malu, terpaksa meninggalkan Kota Padang.

Akibat dari berlagak Pengusaha sukses, padahal semuanya uang dari pinjaman ke bank. Terbuai oleh kesuksesan semu dapat menyebabkan seseorang mengabaikan aspek penting lainnya dalam hidup, seperti keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hubungan interpersonal yang sehat, dan kesehatan fisik. Akibatnya, seseorang mungkin mengalami stres, kelelahan, dan perasaan hampa meskipun mencapai kesuksesan materi yang tampaknya besar.

Mengikuti standar kesuksesan yang ditetapkan oleh masyarakat atau lingkungan sekitar bisa mengarah pada kehilangan identitas diri. Seseorang mungkin mencapai pencapaian yang diakui secara eksternal, tetapi tidak lagi merasa terhubung dengan nilai-nilai atau minat yang sebenarnya mereka miliki. Ini bisa menyebabkan perasaan hampa dan kebingungan tentang tujuan hidup yang sebenarnya.

Kesuksesan semu  hanya sementara, dan tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Jika seseorang bergantung pada pencapaian semacam itu untuk mendapatkan kebahagiaan, mereka mungkin mengalami kekecewaan besar ketika kesuksesan tersebut memudar atau hilang. Ini dapat menyebabkan perasaan kegagalan dan penyesalan yang mendalam.

Perlu Mawas Diri

Tetaplah menjalani hidup sederhana .Selama masih berhutang, jangan lupa bahwa setiap sen yang dibelanjakan harus diperoleh gantinya,karena bukan uang pribadi. Melainkan uang pinjaman. Kalau sudah mencapai kondisi Financial Freedom ,barulah kita dapat menjadi Sinterklas,yakni traktir sana sini. Tapi bilamana masih berhutang,baik pada bank ataupun pada pihak manapun,janganlah jadi Sinterklas 

Penyesalan selalu datang terlambat. Karena itu perlu selalu mawas diri. Agar jangan sampai terbius oleh sanjungan

Tjiptadinata Effendi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun