Seperti yang pernah saya tuliskan, salah seorang sahabat saya,sebut saja namanya Dedi. Dikenal sebagai sosok yang orang sukses. Setiap kali makan di restaurant, semua orang yang menyapa dirinya ditraktir makan. Pada awalnya semua berjalan lancar. Semua orang menyapa:"Selamat pagi Boss" Dedi merasa tersanjung dimana mana disambut dengan sebutan Boss.
Tetapi saking terhanyut oleh sanjungan,Dedi lupa bahwa setiap sen yang dibagikan adalah uang pinjaman. Terbukti dibelakang hari perusahaannya mengalami kredit macet. Rumahnya yang dijadikan agunan sewaktu mengajukan kredit ke bank disita . Sehingga saking malu, terpaksa meninggalkan Kota Padang.
Akibat dari berlagak Pengusaha sukses, padahal semuanya uang dari pinjaman ke bank. Terbuai oleh kesuksesan semu dapat menyebabkan seseorang mengabaikan aspek penting lainnya dalam hidup, seperti keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, hubungan interpersonal yang sehat, dan kesehatan fisik. Akibatnya, seseorang mungkin mengalami stres, kelelahan, dan perasaan hampa meskipun mencapai kesuksesan materi yang tampaknya besar.
Mengikuti standar kesuksesan yang ditetapkan oleh masyarakat atau lingkungan sekitar bisa mengarah pada kehilangan identitas diri. Seseorang mungkin mencapai pencapaian yang diakui secara eksternal, tetapi tidak lagi merasa terhubung dengan nilai-nilai atau minat yang sebenarnya mereka miliki. Ini bisa menyebabkan perasaan hampa dan kebingungan tentang tujuan hidup yang sebenarnya.
Kesuksesan semu  hanya sementara, dan tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Jika seseorang bergantung pada pencapaian semacam itu untuk mendapatkan kebahagiaan, mereka mungkin mengalami kekecewaan besar ketika kesuksesan tersebut memudar atau hilang. Ini dapat menyebabkan perasaan kegagalan dan penyesalan yang mendalam.
Perlu Mawas Diri
Tetaplah menjalani hidup sederhana .Selama masih berhutang, jangan lupa bahwa setiap sen yang dibelanjakan harus diperoleh gantinya,karena bukan uang pribadi. Melainkan uang pinjaman. Kalau sudah mencapai kondisi Financial Freedom ,barulah kita dapat menjadi Sinterklas,yakni traktir sana sini. Tapi bilamana masih berhutang,baik pada bank ataupun pada pihak manapun,janganlah jadi SinterklasÂ
Penyesalan selalu datang terlambat. Karena itu perlu selalu mawas diri. Agar jangan sampai terbius oleh sanjungan
Tjiptadinata EffendiÂ