Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perjalanan Hidup Bagaikan Berjalan di Pinggir Jurang

9 Juni 2023   20:13 Diperbarui: 9 Juni 2023   20:24 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar Selamat ,Hati dan Pikiran Perlu Diselaraskan

Ada yang mengatakan ,bahwa bilamana di analogikan manusia seperti sebuah kendaraan,maka pikiran berfungsi sebagai gas ,sedangkan hati berfungsi sebagai rem . Tetapi ada juga yang berpendapat,justru sebaliknya,hati adalah  ibarat gas dan pikiranlah yang berfungsi menjadi rem. 

Sebagai contoh sederhana,bila kita diperlakukan secara tidak sopan,maka kita tersinggung .Hati kita panas dan ingin rasanya melakukan sesuatu untuk memberikan pelajaran kepada orang yang telah melukai  perasaan kita.. Tetapi tetiba kita ingat,bahwa bila mengikuti panasnya hati,maka boleh jadi akan ada yang terluka .Berarti kita akan berurusan dengan Polisi  Karena itu pikiran sehat  dalam hal ini menjadi rem,agar kita tidak melampiaskan kemarahan kepada orang yang telah bersikap tidak sopan terhadap diri kita.

Contoh lain,disaat kita lagi berkendaraan dijalan raya,tetiba dari belakang ada klakson bertubi tubi.padahal kita yakin sudah berada dijalur yang benar ,maka hati kita menjadi jengkel Ingin rasanya menghentikan kendaraan dan menghadang kendaraan yang sudah menganggu kita . Tetapi pikiran sehat ,menyadarkan kita,agar tidak perlu mencari masalah .Anggap saja orang gila dan lupakan

Zona Aman Berdampingan Dengan Jurang 

Sesungguhnya,bila kita mencermati dengan baik,perjalanan hidup kita bagaikan berkendaraan di tepi tebing yang curam. Bila tidak hati hati,maka kelalaian sesaat saja,dapat menjerumuskan kita kedalam jurang . Karena itu kita harus mampu memanage agar hati dan pikiran bersinergi dengan baik dan seimbang

Analogi yang menggambarkan manusia sebagai kendaraan dengan pikiran sebagai gas dan hati sebagai rem adalah cara untuk memahami peran dan fungsi kedua aspek tersebut dalam kehidupan manusia.Karena itu,tidak perlu menghabiskan waktu hanya untuk berdebat, apakah pikiran yang berfungsi sebagai rem ataukah hati 

 Pikiran dapat dianggap sebagai gas karena memiliki peran dalam memberikan energi, menggerakkan, dan mengarahkan aksi-aksi kita. Pikiran adalah tempat terbentuknya ide, rencana, dan niat kita. Seperti gas yang menggerakkan mesin kendaraan, pikiran menggerakkan tindakan manusia Pikiran yang positif, fokus, dan konstruktif dapat memberikan energi yang memadai bagi kita untuk mencapai tujuan dan meraih keberhasilan. Seperti kendaraan dengan mesin yang efisien dan bertenaga, pikiran yang sehat dan kuat akan membantu kita bergerak maju dalam hidup.

Namun, seperti halnya gas yang bisa melampaui batas, pikiran yang tidak terkendali atau negatif dapat menjadi hambatan. Pikiran yang terus-menerus memunculkan kekhawatiran, keraguan, atau pemikiran destruktif dapat menghambat kemajuan kita. Oleh karena itu, penting untuk mengelola pikiran dengan bijak dan mengarahkannya ke arah yang positif dan produktif.

Hati sebagai rem mencerminkan peran emosi dan intuisi dalam hidup manusia. Hati adalah pusat emosi, nilai-nilai, dan naluri yang terkait dengan kebenaran dan kebaikan. Seperti rem pada kendaraan, hati memberikan kekuatan pengendalian dan kebijaksanaan.Hati yang sehat dan terhubung dengan nilai-nilai yang benar akan membantu kita dalam membuat keputusan yang bijaksana. Emosi yang seimbang dan positif, seperti empati, kasih sayang, dan rasa syukur, dapat membantu menjaga keseimbangan dalam hidup dan hubungan kita dengan orang lain.

Namun, jika hati kita tidak terjaga dengan baik, kita bisa terjebak dalam emosi negatif seperti kemarahan, iri hati, atau dendam. Hal ini dapat menyebabkan keputusan yang tidak seimbang dan merugikan diri sendiri atau orang lain.

Analogi ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pikiran dan hati. Pikiran yang terlalu dominan tanpa kehadiran hati dapat membuat kita terjebak dalam keputusan yang terlalu rasional dan kurang peka terhadap emosi orang lain. Sebaliknya, hati yang tidak terkendali dapat menghambat rasionalitas dan menyebabkan kita terombang-ambing oleh emosi.

Dalam kesimpulannya, analogi ini menunjukkan bahwa pikiran dan hati memiliki peran yang penting dalam mengemudi kehidupan kita. Pikiran sebagai gas memberikan energi dan mengarahkan tindakan kita, sementara hati sebagai rem memberikan kebijaksanaan dan mengendalikan emosi. Penting untuk menjaga keseimbangan antara kedua aspek ini untuk mencapai kesejahtera

Kami berdua ,sudah mempraktikkan prinsip hidup ini,selama hampir 60 tahun .Bersyukur kepada Tuhan,kami mampu melalui badai kehidupan dan godaan ,hingga selamat lahir batin hingga saat ini

Renungan dimalam sunyi

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun