Impian Cinderella :"mereka menikah dan hidup berbahagia selama lamanya" ternyata tidak secepat itu terwujud dalam perjalanan hidup kami. Selama tujuh tahun,kami menjalani hidup morat marit dan sama sekali tidak dilihat . Satu satunya yang memberikan kekuatan kepada kami berdua adalah cinta yang tulus . Kekurangan makan dan gizi ,hanya mampu menggerogoti tubuh kami,sehingga bobot isteri saya hanya tersisa 40 kg. Putera kami juga pucat dan sakit sakitan  Dan kondisi saya juga tidak kurang parahnya Sempat batuk darah,karena luka dalam dan kurang makan. Tetapi penderitaan demi penderitaan,tidak mampu memudarkan cinta kami berdua.Â
Bersyukur kepada Tuhan, semuanya sudah berlalu . Dan kini kami dapat menikmati hari hari yang sarat dengan kebahagiaan.Disayangi anak mantu dan  cucu  cucu serta mantu cucu dan kedua cicit kami .Begitu juga dimanapun kami pergi.mendapatkan sambutan yang penuh kasih sayang dari sanak keluarga para sahabat ,termasuk sahabar di Kompasiana
Semuanya ini menghadirkan rasa syukur yang mendalam dalam hati kami .Terkadang,serasa seakan akan bermimpi,dari seorang penjual kelapa parut di pasar kumuh,kami dapat menikmati hidup damai dan berkecukupan ,serta berkelimpahan kasih sayang . Terima kasih kepada belahan jiwa saya yang telah mrmbuktikan janji pernikahan yang kami ucapkan, yakni saling mencintai dalam untung dan malang . Dalam sehat maupun sakit. Isteri tercinta lulus ujian kesetiaan sebagai seorang isteri " Karena itu bagi saya, isteri saya adalah cinta pertama dan terakhir .
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H