Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilmu Kehidupan tentang Kesederhanaan

30 Mei 2022   15:32 Diperbarui: 30 Mei 2022   19:08 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar diambil dari Kompas.com

Dari Buya Syafii Maarif

Sudah puluhan tulisan yang membahas tentang berpulangnya Buya Syafii Maarif,serta kenangan indah yang menjadi warisan bagi segenap bangsa Indonesia. 

Karena itu tentu tidak perlu lagi ditulis ulang disini. Mengenang Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif ,secara serta merta pikiran kita terconnecting dengan alm. Prof.Dr. Nurcholish Madjid yang dipanggil Tuhan dalam usianya yang ke 66 tahun. 

Disamping sama sama menyandang gelar Professor tamatan dari Amerika, ada begitu banyak kesamaan diantara kedua putera terbaik bangsa Indonesia ini. Salah satunya adalah Ilmu Kehidupan Tentang Kesederhanaan

Saya belum pernah ketemu dengan Buya Syafii,tapi membaca kisah kesederhanaan  hidup beliau,yang masih menggunakan sepeda sebagai alat transporasi,mengingatkan saya akan kesederhanaan yang ditunjukan oleh alm Prof. Nurcholish Madjid yang kebetulan adalah tetangga kami semasa masih tinggal di Bintaro Jaya,Jakarta . 

Dua Tokoh Kesederhanaan

Dikenalkan oleh pak Sudhamek yang adalah Coo Garudafood pada waktu itu. Saya ditelpon oleh pak Sudhamek,untuk bertemu di  Rumah Sakit Pondok Indah,membezuk pak Nurcholish Madjid yang baru pulang dari perawatan kesehatan di negeri Cina.

Karena melakukan  transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping ,Guangdong ,Tiongkok Kemudian menjalani perawatan intensif di Rumah sakit di Singapura Setelah itu  kembali ke tanah air dan dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah . Cak Nur , menjalani operasi transplantasi hati di Rumah Sakit Taiping, Guangdong , Tiongkok, sejak tanggal 23 Juli Kemudian masih harus menjalani perawatan intensif di salah satu Rumah Sakit di Singapura.

Esok harinya saya dan istri meluncur ke Rumah Sakit Pondok Indah . Ternyata pak Sudhamex sudah lebih dulu tiba,beberapa menit sebelumnya. Kami bertiga langsung ke Bangunan C,di lantai 4 dan setelah minta ijin pada perawat, kami di antarkan masuk keruangan. Disana hanya ada bu Omi , isteri Cak Nur dan salah satu kerabat. Cak Nur terbaring dengan wajah pucat. Kami hanya berbicara seperlunya dengan bu Omi dan kemudian kami pamitan.

Ternyata Tinggal di Rumah Sederhana

Kemudian setelah Cak Nur pulang kerumah ,kami sempat mengunjungi Cak Nur. Ternyata alm tetangga saya di Bintaro Jaya sektor 2 .Sama sekali tidak menyangka sosok sekaliber Cak Nur, rumahnya tidak lebih baik dari rumah kami di Bintaro Jaya sektor 5

Pada waktu itu Cak Nur sedang makan bubur.Sementara itu kami ditemani oleh bu Omi. Selesai makan, kami sempat ngobrol,menanyakan tentang kondisi setelah di operasi .Jawab Cak Nur:” Alhamdulillah sudah agak baikan dan sudah bisa makan bubur sedikit sedikit, Tapi kata dokter, butuh waktu yang agak panjang untuk bisa pulih kembali" Setelah itu,kami masih  menemani Cak Nur makan bubur sambil duduk dikursi roda. Tidak ada perawat yang membantu ,semua dikerjakan sendiri. Tak terbayangkan bagaimana seorang tokoh nasional. menjalani hidup secara sangat sederhana. Setelah lebih kurang setengah jam,kami mohon pamitan,agar beliau dapat beristirahat

Pertemuan Terakhir
Ternyata malam itu adalah pertemuan kami dengan Cak Nur  terakhir kalinya. Karena sesudah itu kami berangkat ke Australia. Pada tanggal 29 Agustus, tahun 2005, kami mendapatkan kabar duka ,bahwa Cak Nur telah dipanggil Tuhan. Beliau dimakamkan di Kalibata,di Taman Makam Pahlawan.

Walaupun saya tidak pernah berguru secara langsung dengan Buya Syafii dan Cak Nur,  saya banyak belajar tentang memaknai arti kesederhanaan dan tentang  bagaimana hidup harmony dalam keberagaman. Bagi saya pribadi, beliau  keduanya adalah guru kehidupan. Walaupun jazad telah menyatu dengan bumi,tapi ilmu kehidupan yang diwariskan ,akan abadi bagi bangsa Indonesia 

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun