Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Mudik Enggan Balik Kerja

10 Mei 2022   09:41 Diperbarui: 10 Mei 2022   14:18 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: https://in.pinterest.com/pin/828310556447317187/

Fenomena Lama yang Terus Terulang?

Beragam kisah yang dapat digali tentang kehidupan pasca lebaran. Ada kisah ceria dan sarat kenangan Indah, tetapi juga ada kisah sedih mengharu biru tentang mudik dan hanya menemui pusara kedua orang tua yang direnggut paksa oleh Covid. 

Kalau mengenai Pembantu Rumah Tangga yang minta izin mudik, tapi setelah mudik, rela meninggalkan pakaiannya yang masih ditinggal di rumah majikan bukanlah cerita baru, karena sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.

Selain itu masih ada kisah hidup yang berbeda ruang tapi mungkin penyebabnya kurang lebih sama. Yanti, adalah cucu sepupu saya dan hubungan kami dengan kedua kakek neneknya sangat akrab, karena disamping hubungan kekeluargaan, juga sahabat kami sejak masih di Padang. Tetapi sejak kami pindah ke Jakarta, jarang ketemu,paling setahun sekali. Belakangan kontak kami terputus sama sekali, sejak kami tinggal di Australia. 

Ketemu Lagi di Australia

Bulan lalu, sebelum berangkat ke Wollongong. Sewaktu kami lagi makan di salah satu restoran, ternyata ketemu Yanti. Saya sudah tidak ingat lagi, karena terakhir kami ketemu, Yanti masih berusia 6 tahun dan kini sudah dewasa. "Aduh. Opa sudah lupa sama Yanti ya?" 

Belasan tahun tidak bertemu, wajah orang tua, ya seperti itu juga, cuma rambut yang berubah putih dan gigi sedang dalam tahap peremajaan. Tapi seorang anak yang baru dudui di SD, setelah 17 tahun kemudian, pasti wajahnya berubah total. Makanya, mana mungkin saya bisa ingat lagi. 

Yanti menceritakan, bahwa dirinya beruntung dapat kerjaan dengan mengandalkan Holiday Working Visa. Kalau ia mampu melalui masa 2,5 tahun tidak meniggalkan Australia, ada kemungkinan dapat mengajukan P.R atau Visa Permanent Residence. Tentu saja kami berdua ikut gembira dapat kabar baik dari cucu sepupu kami. 

Tapi karena banyak tamu yang datang, maka kami hanya sempat ngobrol sesaat dan kemudian, saling bertukar nomor Ponsel. "Rayo ko Yanti mudiak Opa. Alhamdullilah dapek cuti sabulan," tata Yanti menutup pembicaraan kami dan saya hanya mengiyakan dan bilang: "Hati-hati di jalan yo Yanti."

Enggan Balik Kerja

Malam tadi saya dapat pesan lewat WA dari Yanti. "Opa, sajak dikampuang halaman awak, rasonyo, Yanti indak samanget untuk baliak karajo di Australia. Baa manuruik Opa?" (terjemahan: "Sejak mudik, Yanti jadi tidak semangat untuk kembali berkerja di Australia".)

Bagaimana menurut Opa?" Saya tidak langsung menjawab, karena hal ini menyangkut hidup dan masa depan dari Yanti. Kemudian saya hanya memberikan masukan: "Kesempatan untuak mandapekan visa Permanent, indak gampang Yanti. Bila indak bailiak kamari, berarti kemungkinan Yanti indak pernah lai bisa mandapek kesempatan untuak baliak kasiko. Tapi kaputusan ditangan Yanti." 

Memberikan saran, tentu saja saya tidak keberatan, karena Yanti sudah kami anggap sebagai cucu kami sendiri. Tapi mendorong Yanti agar balik segera ke Australia, saya sungguh tidak berani, karena menyangkut masa depannya. 

Walaupun sesungguhnya, selangkah lagi Yanti berpeluang untuk mendapatkan Visa Permanent, karena sudah bekerja selama dua tahun di Australia dan tidak  pernah melakukan sesuatu yang melanggar hukum di Australia. Kami berdua, hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi Yanti.

Tulisan ini, hanyalah sekedar berbagi secuil kisah dari ratusan kisah mudik dan pasca mudik. Mengapa setelah mudik, sebagian besar para pekerja enggan kembali ketempat pekerjaannya? 

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun