Malam tadi saya dapat pesan lewat WA dari Yanti. "Opa, sajak dikampuang halaman awak, rasonyo, Yanti indak samanget untuk baliak karajo di Australia. Baa manuruik Opa?" (terjemahan: "Sejak mudik, Yanti jadi tidak semangat untuk kembali berkerja di Australia".)
Bagaimana menurut Opa?" Saya tidak langsung menjawab, karena hal ini menyangkut hidup dan masa depan dari Yanti. Kemudian saya hanya memberikan masukan: "Kesempatan untuak mandapekan visa Permanent, indak gampang Yanti. Bila indak bailiak kamari, berarti kemungkinan Yanti indak pernah lai bisa mandapek kesempatan untuak baliak kasiko. Tapi kaputusan ditangan Yanti."Â
Memberikan saran, tentu saja saya tidak keberatan, karena Yanti sudah kami anggap sebagai cucu kami sendiri. Tapi mendorong Yanti agar balik segera ke Australia, saya sungguh tidak berani, karena menyangkut masa depannya.Â
Walaupun sesungguhnya, selangkah lagi Yanti berpeluang untuk mendapatkan Visa Permanent, karena sudah bekerja selama dua tahun di Australia dan tidak  pernah melakukan sesuatu yang melanggar hukum di Australia. Kami berdua, hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi Yanti.
Tulisan ini, hanyalah sekedar berbagi secuil kisah dari ratusan kisah mudik dan pasca mudik. Mengapa setelah mudik, sebagian besar para pekerja enggan kembali ketempat pekerjaannya?Â
Tjiptadinata Effendi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H