Melainkan Sekedar Berbagi Sudut Pandang Dalam Memaknai Arti ToleransiÂ
Ada beragam cara dan gaya setiap orang dalam memaknai dan mengaplikasikan hidup bertoleransi. Sehingga tidak patut bila kita menonjolkan diri, seakan akan  mau menunjukkan pada orang banyak: "Begini caranya hidup bertoleransi." Tetapi menceritakan cuplikan perjalanan hidup pribadi dalam hubungannya dengan hidup bertoleransi, tentu tidak ada salahnya.
Memang ada peribahasa yang menyatakan: "Bila tangan kananmu memberi,hendaknya janganlah tangan kirimu mengetahuinya". Maksudnya jelas, agar jangan sampai kita pamer kebaikan diri. Sikit sikit foto dan share di facebook, di tweeter dan di instagram dan entah dimana lagi. Maksudnya untuk mendapatkan decak kagum para pembaca dan bilang: "Mantap banget".Â
Ini orang patut ditingkatkan statusnya jadi: "Santa" atau "Santo". Tapi tentu saja tidak dimaknai secara kaku ,sehingga semua orang memilih diam. Ada waktunya, kita sama sama saling mengingatkan dan saling memotivasi untuk berlomba lomba berbuat kebaikan, bukan untuk berlomba dapat sanjungan.Â
Akrab dengan seseorang bukan karena alasan sesuku dan seiman, melainkan karena ada kesamaan pandangan hidup serta energi yang saling bersinergi. Karena itu, tidak jarang kita lebih akrab dengan orang yang sama sekali tidak punya hubungan darah, dibandingkan dengan sanak famili yang mungkin masih satu kakek dan nenek.
Mobil Tidak Bisa Distarter Yang Membantu  Orang Muslim
Sewaktu masih menggunakan kendaaran lama. Sewaktu selesai belanja di Morley Supermarket, ternyata kendaraan tidak bisa distarter. Kalau memanggil montir, sudah terbayang setidaknya 400 - 500 dolar akan keluar sebagai biaya nya.Â
Tetiba datang seorang pria setengah baya dan bertanya: "Assalammualaikum., apa apa dengan kendaraan saya ?" Maka saya jelaskan singkat,tidak bisa distarter. Pria ini berkata: "Please wait a moment . I'll help you". Tentu saja saya sangat senang.Â
Tidak sampai 5 menit, pria tersebut sudah datang dengan kendaraannya, mengeluarkan alat untuk mencharcing baterai. Dan hanya butuh waktu kurang dari 10 menit motor kendaraan saya sudah menyala kembali. Karena sama sekali belum kenal, maka saya tanya berapa saya harus membayarnya? Dan pria tersebut tersenyum dan bilang: "Saya menolong anda, demi Allah" dan sama sekali bukan untuk mendapatkan bayaran apapun. Pelajaran sangat berharga bagi saya, bahwa kalau mau menolong orang, tidak perlu harus saling kenal.
Bersahabat Dengan Siapapun Tanpa Merasa CanggungÂ
Untuk dapat menerapkan hidup bertoleransi dengan sepenuh hati, maka perlu menanggalkan semua embel embel. Bahwa saya dulu adalah seorang Pengusaha, bahwa saya adalah Pendiri dan Ketua sebuah yayasan sosial. Dengan menanggalkan seluruh embel embel, maka kita bebas untuk bergaul dan bersahabat dengan siapa saja, yang kita rasakan cocok untuk menjadi sahabat. termasuk yang usianya terpaut jauh dari diri kita.Â
Salah satu, yang sudah saya anggap sebagai keponakan sendiri adalah Asro Sikumbang, yang saya kenal sejak beberapa tahun lalu. Hingga kini, setiap ada kesempatan, maka kami saling menyapa lewat facebook atau  WhatApp. Dan bila kami berkunjung ke Padang, Asro rela datang dari luar kota hanya agar kami dapat bertemu. Kini Asro Sikumbang sudah bekerja di Dinas Pariwisata Sumbar, tapi hubungan persahabatan kami tidak pernah meredup.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H