Bila Menyangkut Beberapa Hal Sebagai Berikut
Menghapus artikel yang sudah diposting karena yang baca tidak banyak atau saking kecewa karena tidak dikasih label oleh Admin, tentu bukan sesuatu yang patut ditiru, walaupun hal tersebut merupakan hak setiap Penulis. Seingat saya, dari lebih 6000 artikel, belum pernah ada yang sengaja saya hapus, hanya pembacanya sangat minim. Ada satu dua artikel, yang entah kenapa, salah tekan tombol dan terhapus. Malahan yang terhapus akibat salah pencet justru adalah tulisan yang masuk dalam kategori AU.
Tulisan yang dengan susah payah ditulis, ternyata hanya dibaca oleh dua digit pembaca, tentu saja merupakan suatu hal yang sangat mengecewakan. Tetapi sesungguhnya mengandung pelajaran berharga, agar menulis yang lebih  berbobot dan bernas.Â
Artikel Perlu Dihapus Ada kalanya, artikel yang sudah terlanjur di Posting, harus segera dihapus karena berbagai alasan. Antara lain:
mengandung berita hoaks
berpotensial membahayakan orang lain
merusak nama seseorang atau instansi
mempromosikan "obat" yang sesungguhnya berbahaya bila dikonsumsi
menuliskan resep masakan yang dapat merusak kesehatanÂ
Menuliskan suatu berita yang belum dikonfirmasi tentang masalah internal dari sebuah instansi tanpa melakukan check and recheck yang tentunya akan merusak hubungan baik dengan penulisnya. Ternyata setelah tulisan diposting, baru kita sadar bahwa artikel yang sudah terlanjur diposting mengandung berita hoaks, maka dalam hal ini, bila masih dapat diedit, tentu segera diedit. Tetapi bilamana kondisi tidak memungkinkan untuk diedit, maka langkah pasti yang harus dilakukan adalah menghapus tulisan yang berpotensi membawa masalah bagi kita dan bagi orang lain.
Menuliskan tentang suatu kejadian,tanpa merasa perlu melakukan konfirmasi demi untuk  banyak pembaca. Ternyata berita yang ditulis hanyalah berita hoaks.
Sebelum Memutuskan Menerbitkan Buku Mutlak Diperlukan Ektra Hati Hati
Kalau artikel terlanjur diposting ternyata berita yang ditulis, isinya cuma hoaks yang dapat menimbulkan kegalauan dalam masyarakat, maka begitu sadar, maka walaupun melalui HP, artikel tersebut dapat dihapus. Bahkan saat kita sedang berada dalam perjalanan.
Hal ini berbeda bila kita sudah memutuskan untuk membukukan tulisan kita. Maka perlu ekstra hati-hati. Karena sekali buku naik cetak, tidak mungkin dapat di-"delete" lagi. "Kebohongan" yang kita tulis akan menjadi abadi yang akan menjadi beban batin bagi kita seumur hidup. Termasuk bila konten buku tersebut mengandung unsur plagiat, maka kelak buku tersebut bukan lagi sesuatu yang dapat dijadikan kebanggaan terhadap anak cucu, malahan hanya akan mempermalukan diri sendiri.
Salah satu contoh, sebelum buku buku tentang pelajaran teknik reiki dan meditasi yang dicetak di PT Elekmedia Komputindo di Jakarta yang kemudian dijadikan referensi oleh Wikipedia. Bayangkan, seandainya yang saya tulis dipraktikkan oleh pembaca, tetapi ternyata berpontensial membahayakan dirinya, maka mau dikemanakan wajah saya? Inilah salah satu bentuk rasa tanggung jawab sebagai seorang Penulis, yakni menahan diri untuk tidak menuliskan hal hal yang belum terkonfirmasi.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H