Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelanting, Alat Berburu Tahun 50-an

13 Januari 2022   18:05 Diperbarui: 13 Januari 2022   18:24 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: isostock.com

Dikenal Secara Meluas Sebagai Ketapel

Ditahun 50 an, sejak masih duduk di Sekolah Rakyat,dikampung halaman saya di Padang, belum ada senapan angin yang dimiliki oleh orang awam. Senjata tradisional yang digunakan untuk berburu dirakit sendiri. Setiap anak laki laki, pasti bisa merakit senjadi konvensional ini,yang disebut sebagai: "Pelanting" atau "Pelantiang" dalam bahasa Padang.

Bila dihubungkan dengan kosa kata bahasa Indonesia, ada kata :"terpelanting" yang berarti: "terlontar" atau "terlempar". Apakah memang ada hubungan dengan nama senjata konvensional ini, tidak ada penjelasan resmi.  

Pada masa itu, anak anak di kampung halaman kami sama sekali tidak mengenal kata: "ketapel". Kata ini terasa sangat asing di telinga masyarakat di Kota Padang, bukan hanya bagi telinga anak anak, tetapi juga bagi orang dewasa.

Ada yang menerangkan bahwa: "ketapel" adalah: "mainan anak anak" hal ini jelas sebuah kekeliruan yang dapat berakibat fatal. Karena walaupun terbuat dari bahan sangat sederhana, namun dengan peluru terdiri dari batu krikil, bila dijadikan mainan oleh anak anak yang belum paham akan bahaya, bila terkena mata kawannya,dalam sekejab dapat mengalami kebutaan. 

Bayangkan dengan satu tembakan, bila tepat sasaran, burung Balam di dahan pohon kelapa akan tumbang, bahkan musang juga akan terlepar bila terkena tembakan dari Pelanting ini. 

Kesimpulannya, Pelanting ini sama sekali bukan mainan anak anak, melainkan senjata berburu bagi para remaja putera dan orang dewasa pada masa itu. Yakni untuk berburu:

Tupai 

Burung

Kelelawar

Ikan 

Pada masa tersebut,belum ada jendela rumah yang terbuat dari kaca dan dikampung, mobil merupakan barang langka. Sebagian besar tanah,masih semak belukar. Sehingga memungkinkan untuk menggunakan Pelanting sebagai senjata untuk berburu. 

Beda dengan orang di era mineleal berburu, adalah demi hobi. Kalau dulu, kami berburu,demi mengisi perut. Apapun hasil buruan, akan dijadikan santapan bagi keluarga, termasuk ular dan biawak atau kelelawar.

Ketapel Laris dengan Harga Jutaan Rupiah?

Karena ditulis oleh media Kompas, maka mau tidak mau kita harus percaya, bahwa konon sebuah ketapel yang dibuat di Sukabumi, dijual dengan harga lebih dari 1 juta rupiah. (sumber: regional.kompas.com)

Saya dapat membuat Pelanting atau Ketapel ini ,hanya dalam tempo maksimal satu jam. Hanya butuh satu cabang pohon yang kaunya cukup kuat, guntingan ban dalam sepeda dan sepotong kulit sepatu yang sudah tidak terpakai lagi. 

Karetnya harus yang masih memiliki elastisitas yang kuat, dengan mencoba menarik berulangkali dan bila tidak putus, berarti dapat digunakan.

Dan sepotong kulit sepatu yang lebarnya sekitar 4 cm x 2 cm, sebagai tempat meletakan peluru yang dapat dipungut dari pinggir jalan, yakni butiran krikil yang tajam. Bila yang mengggunakan orang  dewasa, maka ukuran kulit dan ketebalan karetnya, tentu akan berbeda bila dibandingkan dengan Pelanting yang digunakan oleh para remaja.

Berburu Ikan Belanak

Ikan yang paling mudah diburu dengan menggunakan sejata Pelanting ini, adalah jenis ikan Belanak. Ikan ini biasanya berenang bergerombolan dan mengapung dipermukaan. Begitu dibidik, maka hampir dapat dipastikan ada yang kena. Bila masih berada disekitar, maka tembakan kedua dan ketiga dapat dilanjutkan. Kemudian, tinggal memungut hasil buruan dengan menggunakan tangguk.

Begitu juga berburu kelelawar. Jenis binatang malam ini, tidak akan jatuh ditembak dengan senapan angin. Walaupun mungkin sayapnya tembus oleh peluru atau bahkan ditubuhnya bersarang peluru senapan angin,kelelawar tidak akan jatuh seketika. 

Ia mampu terbang dan kemudian bergayutan dipohon. Tetapi dengan tembakan menggunakan senjata Pelanting atau Ketapel. Sebutir peluru yang terdiri dari krikil tajam, akan mematahkan sayapnya, sehingga saat mencoba terbang, ia akan jatuh.

Pelanting Menghilang Sejak Jendela Rumah Terbuat dari Kaca

Seiring dengan perkembangan zaman, rumah rumah sudah banyak yang jendelanya terbuat dari kaca. Apalagi semakin banyak kendaraan yang dimiliki warga. Sejak zaman berubah,maka senjata Pelanting atau Ketapel, hanya menjadi kenangan masa lalu.

Akibatnya remaja masa kini, bila diminta untuk membuat senjata kovensional ini, kemungkinan tidak akan ada yang dapat melakukannya. Begitulah hidup ini, apa yang dulu merupakan hal yang sangat biasa dan dimiliki  oleh setiap remaja pria. Kini hanya sebatas tinggal cerita tentang kenangan masa lalu.



Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun