ilustrasi: shutterstock.com
Berbagi Cuplikan Pengalaman Hidup
Mudah mudahan gaya tulisan saya yang berkisar "itu ke itu" juga jangan sampai membuat orang yang membaca menjadi mual mual, saking bosannya. Mengapa tulisannya hanya berkutat seputar pengalaman hidup pribadi? Padahal nggak ada yang spektakuler? Nah, sesuai prinsip hidup saya adalah "Always be your self". Jadilah diri sendiri. Maka walaupun sebagai konsekuensi logisnya, tulisan saya tidak laku dijual dan hanya dibaca oleh sahabat saya saja, tidak mengapa. Karena kalau saya menulis berdasarkan baca-baca buku, belum tentu benar karena belum pernah dialami.
Saya pernah dianggap sebagai salah seorang suami yang takut isteri. Alasan teman teman saya adalah:
- ke mana-mana pergi berdua
- tidak pernah nonton sendirian
- tidak pernah makan direstoran sendirian
- tidak akan datang undangan bila isteri tidak ikut diundang
- mau beli sesuatu tanya isteri duluÂ
- keuangan dipegang isteriÂ
- dan seterusnya
Mengapa Keuangan Dipegang Isteri?
Nah,saya pemboros dan sudah sangat sering jadi bulan bulanan dibohongi orang.Ada yang neneknya meninggal 3 kali dalam setahun ada juga yang isterinya melahirkan berkali kali dalam setahun. Karena itu,saya serahkan mandat seluruhnya kepada isteri saya. Jadi bukan dikudeta hahaha
Tapi olok-olokan teman teman sama sekali tidak menggoyahkan gaya hidup saya. Hingga kini saya pastikan, tidak akan hadir dalam undangan manapun dan oleh siapapun bila isteri tidak ikut diundang. Saya tidak akan goyah akan prinsip hidup yang sudah kami sepakati berdua hanya karena "Apa kata orang nanti" Â Karena orang hanya melihat dari satu sisi.
Padahal isteri saya juga tidak pernah pergi sendirian,tanpa saya. Bahkan mau beli pakaian selalu nanya dulu pada saya padahal kami tidak pernah mewajibkan, tapi sudah  mendarah daging bagi kami berdua.Â
Kami Berdua Saling Menegur Bila Ada Yang Kurang Pas
Kalau saya terkadang bercanda,isteri sering mencubit saya dan bilang:"Jangan koko,ntar orang tersinggung" .Maksudnya adalah untuk mengingatkan agar saya jangan sampai bercanda overdosis. Begitu juga bila isteri saya melakukan sesuatu yang menurut saya dapat menyinggung orang lain,maka saya mengisyaratkan dengan gelengan kepala dan berbisik:"Jangan ya sayang "Hanya teguran semacam itu dan kami sama sama menahan diri untuk tidak terhanyut dalam canda .
Dan bila saya melakukan hal hal yang menurut isteri akan dapat membahayakan diri saya,seperti memanjat tangga atau lari lari ditebing,maka isteri saya bilang :"Kalau koko masing sayang sama Lin,jangan lakukan lagi ya" Â Ini ultimatum yang sangat halus ,namun mampu menghentikan sifat saya yang terkadang merasa diri masih muda belia dan meloncat sana sini
Kalau ada selisih paham,maka sebelum tidur ,kami sudah saling memaafkan dan kemudian berpegangan tangan dan berdoa ,baru kami tidur.Kami tidak pernah membawa kemarahan dalam tidur.Dengan gaya hidup yang seakan akan pasangan "bloon"kami dapat makan enak dan tidur nyenyak setiap hari .Piring mangkuk dan gelas dirumah kami utuh bertahun tahun,karena tidak pernah ada acara "piring terbang" sejak hari pernikahan kami.
Inilah bedanya, antara takut isteri dan sayang isteri. Bukan setipis kartu ATM tapi setebal Tembok Cina di Great Wall.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H