Didalam kelas saya selalu disiplin ,tapi diluar kelas murid murid saya perlakukan sebagai anak kami sendiri. Mereka boleh datang kerumah bila ada yang mau ditanyakan. Atau sekedar datang untuk main main,juga tidak menjadi masalah. Bagi orang tua mereka,juga merupakan suatu hal yang menggembirakan,karena mereka tahu bahwa anak anak mereka bermain dirumah pak guru dan bu guru.Â
Bahkan terkadang orang tua murid datang kerumah, walaupun untuk kerumah kami harus jalan kaki sekitar 100 meter karena lokasi di balik pabrik kecapÂ
Pada waktu saya mengajar di SD RK II ,isteri saya mengajar di SMP Yos Sudarso .Walaupun rumah kami kecil ,namun anak anak merasa betah bermain dirumah kami,apalagi sambil bikin PRÂ
Selesai PR mereka boleh main sepuasnya dan sore hari sebelum senja mendatang,mereka pamitan pulang ke rumah masing masing. Diantara mantan murid murid saya ,sudah ada  9 orang yang sudah dipanggil Tuhan. Salah satunya adalah Eduard,yang masih sempat makan bersama  kami di Restoran Sari Minang di Jakarta Dan seorang lagi Erwin yang meninggal beberapa bulan lalu dalam tugasnya sebagai Kapten kapalÂ
dokumentasi pribadi/ makan siang bersama mantan murid dan keluarga di PadangÂ
Disayangi  Guru
Salah satu guru saya ,yang sudah puluhan tahun tidak bertemu adalah pak Susanto.Suatu waktu,saat kami pulang kampung dan menginap di Hotel Mariani,tetiba mata saya terpaku pada sosok yang sangat saya kenal,yakni pak Susanto. Beliau duduk di kursi roda,karena tidak kuat lagi berdiri dalam usia 94 tahun.Â
Saya langsung menyalami dan memeluk beliau .Dan ternyata pak Susanto masih ingat nama saya,padahal kami sudah puluhan tahun tidak bertemu dan tidak pernah memiliki nomor kontak telpon masing masing. Â Kami sempat berbicara beberapa menit,karena beliau harus masuk untuk istirahat. Sebelum berpisah, saya diberikan selembar kertas yang berisi sebait puisi .
Saya kutip satu bait dari puisi tersebut :
Tengah mendekati Finish Tour Duniawi....
Berpetualang menantang cuaca kehidupan