Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sebait Puisi dari Guru Sebelum Berpisah untuk Selamanya

25 November 2021   20:14 Diperbarui: 26 November 2021   04:49 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Didalam kelas saya selalu disiplin ,tapi diluar kelas murid murid saya perlakukan sebagai anak kami sendiri. Mereka boleh datang kerumah bila ada yang mau ditanyakan. Atau sekedar datang untuk main main,juga tidak menjadi masalah. Bagi orang tua mereka,juga merupakan suatu hal yang menggembirakan,karena mereka tahu bahwa anak anak mereka bermain dirumah pak guru dan bu guru. 

Bahkan terkadang orang tua murid datang kerumah, walaupun untuk kerumah kami harus jalan kaki sekitar 100 meter karena lokasi di balik pabrik kecap 

Pada waktu saya mengajar di SD RK II ,isteri saya mengajar di SMP Yos Sudarso .Walaupun rumah kami kecil ,namun anak anak merasa betah bermain dirumah kami,apalagi sambil bikin PR 

Selesai PR mereka boleh main sepuasnya dan sore hari sebelum senja mendatang,mereka pamitan pulang ke rumah masing masing. Diantara mantan murid murid saya ,sudah ada  9 orang yang sudah dipanggil Tuhan. Salah satunya adalah Eduard,yang masih sempat makan bersama  kami di Restoran Sari Minang di Jakarta Dan seorang lagi Erwin yang meninggal beberapa bulan lalu dalam tugasnya sebagai Kapten kapal 

makan-bersama-keluarga-di-padang-b-3-619f8bff9dc0293c6b6d88e2.jpg
makan-bersama-keluarga-di-padang-b-3-619f8bff9dc0293c6b6d88e2.jpg

dokumentasi pribadi/ makan siang bersama mantan murid dan keluarga di Padang 

Disayangi  Guru

Salah satu guru saya ,yang sudah puluhan tahun tidak bertemu adalah pak Susanto.Suatu waktu,saat kami pulang kampung dan menginap di Hotel Mariani,tetiba mata saya terpaku pada sosok yang sangat saya kenal,yakni pak Susanto. Beliau duduk di kursi roda,karena tidak kuat lagi berdiri dalam usia 94 tahun. 

Saya langsung menyalami dan memeluk beliau .Dan ternyata pak Susanto masih ingat nama saya,padahal kami sudah puluhan tahun tidak bertemu dan tidak pernah memiliki nomor kontak telpon masing masing.  Kami sempat berbicara beberapa menit,karena beliau harus masuk untuk istirahat. Sebelum berpisah, saya diberikan selembar kertas yang berisi sebait puisi .

Saya kutip satu bait dari puisi tersebut :

Tengah mendekati Finish Tour Duniawi....

Berpetualang menantang cuaca kehidupan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun