Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sebait Puisi dari Guru Sebelum Berpisah untuk Selamanya

25 November 2021   20:14 Diperbarui: 26 November 2021   04:49 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ket.foto: sewaktu mengajar di SD RK II ST.FRANSISKUS di Padang,tahun 1967 /dokumentasi pribadi

Disayangi Guru dan Murid Sungguh Sebuah Kebahagiaan Tak Ternilai

Saat saya menyampaikan pesan via WAG ,bahwa kami berdua rencananya akan pulang kampung,segera setelah kondisi memungkinkan,sambutan yang begitu hangat saya terima dari mantan murid murid di SD St.Fransiskus RK II,sungguh sangat menyentuh kerelung hati terdalam  . "Kami tunggu kedatangan bapak dan ibu di Padang. Kalau berkenan,saya akan ajak bapak dan ibu jalan ke Bukittinggi. Disana kita akan menginap satu dua malam . 

Semua biaya perjalanan dari Padang ke Bukittinggi ,termasuk menginap di hotel,adalah tanggung jawab saya " dikirim oleh Darwis ,salah satu murid saya di kelas VI SD yang baru saja merayakan ultah ke 66 tahun. Darwis kini sudah menjadi seorang Pengusaha Sukses .Sebelumnya menjadi Pimpinan BCA cabang Padang

Lalu disambung oleh Un."Selama bapak dan ibu di Jakarta,adalah tanggung jawab saya"  Un . Ini hanya sekedar contoh saja,betapa rasa kasih sayang dari mantan murid murid saya,menghadirkan kebahagiaan tersendiri.  Sebelum covid kami sudah ketemu di Padang dan di jakarta dan sempat makan bersama. 

Beragam hadiah saya dapatkan ,bahkan ada angpau dalam jumlah yang cukup fantastis. Rasa bahagia,tentu bukan lantaran banyak dapat kado dan angpau,melainkan rasa kasih sayang dari mantan anak anak didik saya,yang kini rata rata sudah berusia antara 62 - 66 tahun.

Bahkan mantan Siswa SMP Pius,dimana saya sempat mengajar selama 2 tahun,kini sudah berusia rata rata 70 tahun .Karena sewaktu mengajar ,usia saya sekitar 24 tahun.

bersama-murid-b-619f8b7e9dc0292e9375f1b2.jpg
bersama-murid-b-619f8b7e9dc0292e9375f1b2.jpg

ket,foto: bersama salah satu mantan siswa saya di SMP PIUS,usianya 70 tahun./dokumentasi pribadi

Memperlakukan Murid Seperti Anak Sendiri

Didalam kelas saya selalu disiplin ,tapi diluar kelas murid murid saya perlakukan sebagai anak kami sendiri. Mereka boleh datang kerumah bila ada yang mau ditanyakan. Atau sekedar datang untuk main main,juga tidak menjadi masalah. Bagi orang tua mereka,juga merupakan suatu hal yang menggembirakan,karena mereka tahu bahwa anak anak mereka bermain dirumah pak guru dan bu guru. 

Bahkan terkadang orang tua murid datang kerumah, walaupun untuk kerumah kami harus jalan kaki sekitar 100 meter karena lokasi di balik pabrik kecap 

Pada waktu saya mengajar di SD RK II ,isteri saya mengajar di SMP Yos Sudarso .Walaupun rumah kami kecil ,namun anak anak merasa betah bermain dirumah kami,apalagi sambil bikin PR 

Selesai PR mereka boleh main sepuasnya dan sore hari sebelum senja mendatang,mereka pamitan pulang ke rumah masing masing. Diantara mantan murid murid saya ,sudah ada  9 orang yang sudah dipanggil Tuhan. Salah satunya adalah Eduard,yang masih sempat makan bersama  kami di Restoran Sari Minang di Jakarta Dan seorang lagi Erwin yang meninggal beberapa bulan lalu dalam tugasnya sebagai Kapten kapal 

makan-bersama-keluarga-di-padang-b-3-619f8bff9dc0293c6b6d88e2.jpg
makan-bersama-keluarga-di-padang-b-3-619f8bff9dc0293c6b6d88e2.jpg

dokumentasi pribadi/ makan siang bersama mantan murid dan keluarga di Padang 

Disayangi  Guru

Salah satu guru saya ,yang sudah puluhan tahun tidak bertemu adalah pak Susanto.Suatu waktu,saat kami pulang kampung dan menginap di Hotel Mariani,tetiba mata saya terpaku pada sosok yang sangat saya kenal,yakni pak Susanto. Beliau duduk di kursi roda,karena tidak kuat lagi berdiri dalam usia 94 tahun. 

Saya langsung menyalami dan memeluk beliau .Dan ternyata pak Susanto masih ingat nama saya,padahal kami sudah puluhan tahun tidak bertemu dan tidak pernah memiliki nomor kontak telpon masing masing.  Kami sempat berbicara beberapa menit,karena beliau harus masuk untuk istirahat. Sebelum berpisah, saya diberikan selembar kertas yang berisi sebait puisi .

Saya kutip satu bait dari puisi tersebut :

Tengah mendekati Finish Tour Duniawi....

Berpetualang menantang cuaca kehidupan

Kau tertegun disapa kesadaran

Selangkah lagi jarak kedepan pintu pulang

Mengapit hanya harga prilaku

Selama di perjalanan

Meninggalkan segala perolehan duniawi....

(Susanto)

Ternyata,itulah pertemuan kami yang pertama sejak puluhan tahun berpisah ,serta sekaligus merupakan pertemuan terakhir. Karena seminggu setelah bertemu, guru saya Susanto telah memasuki "Finish Tour Duniawi" seperti yang dituangkan dalam puisinya. Kenangan indah yang tidak pernah akan terlupakan

Sejak kemarin ,hingga hari ini saya dan isteri,banyak mendapatkan ucapan "Selamat Hari Guru Nasional" walaupun kami sudah lama tidak lagi menjadi guru.

Selamat Hari Guru Nasional 

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun