Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Pronouciation Mirip Bahasa Mandarin, Ternyata Bahasa Minang

1 November 2021   08:10 Diperbarui: 1 November 2021   08:47 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekilas Tentang Pernak Pernik Bahasa

Ada pendapat bahwa kemiripan pronouciation ini,disebabkan salah satunya,karena cara "Cina Padang" berbahasa Minang. Secara pribadi,saya menolak secara tegas hal ini,karena saya terlahir sebagai "nonpribumi " di Era Dai Nippon. Tahu persis bahwa yang disebutkan sebagai "Cina Padang " itu buta aksara Mandarin. 

Dapat dikatakan 99 persen orang yang terlahir di Padang sebagai etinis Cina.sama sekali tidak tahu berbahasa Mandarin. Paling cuma bisa bilang :"Wo ai nie ,nie ai wo" atau " Kamsia ya " atau mungkin" bo cuanlah lugilah "Itupun hanya dalam candaan. Hal ini berbeda dengan saudara saudara etis Cina yang dilahirkan di Riau ,Medan,Palembang ,Surabaya dan Pontianak. 

Mereka memang masih kental memahami bahasa Mandarin,bahkan bisa menulisnya. Kalau saya diminta menulisnya,saya langsung menyerah ,tapi kalau diminta menuliskan huruf Arab Melayu,masih ingat saya cara menulisnya,karena pernah belajar di SMP. bahkan sayup sayup masih saya ingat pelajaran bahasa Sanskerta semasa masih di SMA Don Bosco,yang diajarkan oleh guru saya pak Sousmelly alm. :" hana ta sira maharaja" yang pronouciationnya mirip bahasa Jepang . Bahkan  ayah saya tamatan madrasah di Labuah Silang Payakumbuh,catatan seluruhnya tulisan Arab.

Dulu di Padang  ada nama jalan :"Kampung Cina" dan kemudian diubah jadi "Kampung Tionghoa" untuk menghaluskannya. Tapi dikalangan etis Tionghoa sendiri,masih menggunakan nama lama ,yakni "Kampung Cina" Karena penyebutan kata "Cina" sama sekali tidak ada kaitannya dengan rasis,kecuali memang diucapkan dengan nada kebencian.  Seperti halnya,saudara keturunan Melayu,sama sekali tidak tersinggung bila disebutkan sebagai keturunan Melayu,kecuali diucapkan dengan nada menghina.

Kembali ke Judul

Kalau sudah kakek kakek ya ginilah cara menulisnya,melebar memanjang sana sini,baru sadar diri  ,bahwa topiknya beda. Maka kembali ke topik mengenai persamaan pronouciation atau "sound " ,suara yang dikeluarkan saat mengucapkan satu kata. Izinkanlah saya mengambil contoh:

Pa niang - dalam bahasa Minang artinya :"Pening "

Ku ciang  - artinya Kucing

Bun tiang - hamil 

San tiang   - hebat 

kan ciang - ada dua arti. Pertama artinya: kancing atau buah baju pengertian satu lagi adalah makian kasar (satu kali mengucapkannya pada orang Padang,maka putus hubungan selamanya)

cing ka hak - merujuk pada kelakuan premanisme ( jangan diucapkan,kalau tidak mau putus hubungan)

ba ka run ciangan - bisa diucapkan karena marah,tapi bisa juga cuma teguran halus,yang ditujukan bagi yang kerja asalan

Ini hanya beberapa contoh saja,karena kalau dituliskan semuanya,nggak bakalan dibaca oleh Pembaca

Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan rasialisme atau apapun yang menyangkutnya,karena kami di Sumatera Barat sejak tempo doeloe hidup rukun dan damai. Walaupun saya merasa diri adalah orang Indonesia dan berjiwa Indonesia,tapi tidak dapat dipungkiri salah satu dari nenek moyang kami berasal dari Fukien dan nenek buyut asli dari Pulau Nias yang di batu nisan tertulis :Goerahie ,lahir di Gunung Sitoli tahoen 1821 dan meninggal di Padang

catatan: 

Tulisan ini tujuannya semata mata sebagai masukan bagi para Pembaca,bahwa terkadang ,apa yang kita dengar ,belum tentu artinya seperti yang dimaksudkan .Karena bahasa boleh beda,tapi bisa jadi pronouciationnya sama kedengarannya ,tapi memiliki arti yang berbeda

Colek Kompasianers :Irwan Rinaldi Sikumbang,Firdaus Ayah Tuah, Sirajul Huda ,Ellazuardi, Nurul Fauziah,Vera Syukurina ,Damanhuri dan semua Kompasianer yang merasa diri orang Padang  Mohon koreksi bila ada kekeliruan .terima kasih

Tjiptadinata Effendi

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun