Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ubah Penghinaan Jadi Turning Point, Mungkinkah?

16 Oktober 2021   20:22 Diperbarui: 16 Oktober 2021   20:36 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba tiba dari dalam ruangan kaca,keluar seorang pria berdasi,kelihatannya Pimpinan di bank tersebut. Saya berpikir mungkin ia mau keluar untuk sesuatu urusan,tapi ternyata saya keliru,karena pria tersebut mendatangi dan menyalami kami.
" Maaf, bapak ibu menunggu lama ya,mari silakan  masuk pak" katanya mengundang kami masuk ke ruang pimpinan
Tiba tiba saya ingat,pria ini adalah orang yang sama,yang mengatakan pada saya:" kepala tidak laku di gadai kan" beberapa tahun lalu..Tapi ia tidak ingat saya lagi. Dalam hati saya berterima kasih kepada pria ini,karena suntikan nya yang menyakitkan,ternyata menjadi motivasi yang dahsyat bagi saya ,untuk mengubah hidup saya.

Sebuah renungan diri:
Kata peribahasa:" Manis jangan lekas lekas ditelan,pahit jangan langsung dimuntahkan"
Karena yang manis itu mungkin racun bagi diri kita,sedangkan yang pahit bisa jadi obat.
Sebuah penghinaan bisa menjadi racun bagi kita,tetapi bila mampu menyikapi secara bijak,maka bisa dijadikan cambuk dan kekuatan yang dahsyat untuk kita mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

Semoga kisah usang ini, ada manfaatnya bagi para pembaca,bahwa selalu ada jalan,bila ada kemauan yang sungguh sungguh untuk mengubah nasib .Kami sudah membuktikannya

Tjjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun