Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ubah Penghinaan Jadi Turning Point, Mungkinkah?

16 Oktober 2021   20:22 Diperbarui: 16 Oktober 2021   20:36 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: transitionandthrivewithmaria.com

Dimana ada kemauan, pasti disana akan ada jalan . Mencoba mencari berbagai informasi, tentang bagaimana bisa mendapatkan kredit dari bank. 

Kabarnya pemerintah sedang memberikan kesempatan kepada orang yang mau berusaha, untuk mendapatkan pinjaman tanpa agunan yang disebutkan dengan  istilah K.T.A  atau Kredit Tanpa Agunan ,asal saja alamat tempat tinggal jelas dan sebagai jaminan adalah KTP dan KK

Dengan perasaan tidak karuan, pagi pagi saya sudah berbenah diri dan berusaha tampil serapi mungkin. Dalam kondisi seperti ini,menunggu sungguh terasa sangat menyiksa. Akhirnya, nomor antrian saya dipanggil. Saya dipersilakan masuk oleh sekuriti.

Begitu masuk, saya dipersilakan duduk dan setelah menyalami pejabat bank terkait saya duduk  dan langsung ditanyai: "Ada yang bisa saya bantu?" Saya jelaskan maksud kedatangan saya untuk menanyakan syarat untuk mendapatkan kredit sebagai modal kerja.

 Pejabat Bank tersebut menatap saya dan bertanya: "Punya Sertifikat Tanah?"
"Maaf, saya tidak punya pak," jawab saya  sesopan mungkin.
"BPKB mobil?"
"Juga tidak punya pak," jawab saya lagi.
"Lho lho...bagaimana anda mau pinjam uang, kalau tidak punya sertifikat. Kepala tidak laku di gadai kan disini...."
"Oke, nanti kalau anda sudah ada sertifikat, baru datang lagi ke sini," katanya sambil berdiri.
"Baik pak," jawab saya dengan suara yang seperti menyangkut di tenggorokan dan perasaan galau yang tidak dapat dilukiskan dengan kata kata

Saya Jadikan Turning Point

Setibanya dirumah, menyaksikan wajah saya yang tidak enak dilihat, isteri saya sudah dapat menebak,pasti permohonan saya ditolak.
Saya ceritakan bagaimana tadi siang, Kepala Bagian Kredit bank, mengatakan bahwa kepala saya tidak laku di gadai, jadi saya sakit hati. Tapi isteri saya bilang: "Koko, ini baru mulai melangkah, kog sudah mundur?  

Pasti akan ada jalan lain. Mari kita sama sama buktikan, bahwa suatu waktu kelak,sertifikat apapun yang diminta ,ada  pada kita. Kalau kita menyerah, maka kita akan tamat sampai disini"

Hingga jauh tengah malam,saya merenung dan berdoa. Saya pikir ,benar juga apa yang dikatakan istri saya, setiap usaha pasti ada masalahnya. Dan saya tidak mungkin bisa mengubah hidup saya, bila hanya karena merasa dihina orang, terus saya jadi patah semangat.
Keesokan harinya saya bangun dengan tekad: "Saya akan bekerja lebih keras lagi. Saya pasti bisa!" 

Sejak saat itu, tidak ada lagi hari hari libur bagi saya. Saya dan istri bekerja siang dan malam. Dari mengolah produk, mencuci, mengeringkan dan mengepak, kami lakukan, tanpa mengaji orang lain. Pokoknya A to Z kami kerjakan  sendiri. Dan bersyukur kepada Tuhan, agaknya inilah merupakan titik balik kehidupan kami. 

Ditawai Titip Elkspor 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun