Disatu sisi mengangkat derajat seorang ibu ,dengan ungkapan :"Mati ibu binasa diri" tapi disisi lain,menghempaskan posisi seorang ayah ,kejurang yang terdalam,dengan ungkapan :"Mati bapak tidak mengapa"
Boleh jadi penulis pantun tersebut ,pernah disakiti oleh ayahnya ,sehingga tega menciptakan pantun semacam itu,tentu hanya merupakan praduga secara pribadi,karena untuk menuliskan sebuah pantun,orang tidak perlu ada alasan dan juga tidak perlu memberikan alasan.Â
Mengapa pantun tersebut sempat menjadi populer diantara anak anak sekolah di tahun 50 an ,yakni disaat saya masih duduk dibangku sekolah dasar ,saya sungguh tidak tahu.
Semoga jangan lagi ada pantun semacam yang disebutkan diatas, yang terasa melecehkan peran kaum ayah.
Happy Father's Day
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H