Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Derita Batin Jauh Melampaui Sakitnya Derita Fisik

5 Juni 2021   04:56 Diperbarui: 5 Juni 2021   05:06 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Cara Kita Mengatasinya?

Hidup itu tidak selamanya kelam. Ungkapan yang sangat mudah diucapkan dikala kita berada di posisi yang terang benderang. Tetapi seperti biasanya,mengatakan sesuatu,bahkan mungkin dijadikan kalimat motivasi untuk menghibur orang lain,disaat kita mengalami secara pribadi,ternyata menjalaninya,tidak semudah mengatakannya. 

Bila kita sakit secara phisik ,baik karena gangguan kesehatan,maupun terluka entah karena apa,mungkin kita dapat menjalaninya dengan tentang bahkan dalam keadaan masih sakit,kita mampu bercerita sambil ketawa tawa. Tetapi disaat batin kita yang terluka,jangankan ketawa,bahkan wajah kita sungguh tidak enak di pandang.

Ada berbagai faktor penyebab terjadinya luka batin. Dapat terjadi karena faktor internal,yakni yang penyebabnya berasal dari diri sendiri, tapi tidak tertutup kemungkinan terjadi karena faktor eksternal,yakni yang datang dari luar.

Faktor Internal :

Akibat kesalahan atau kelalaian yang kita lakukan,baik sengaja ataupun tidak,ternyata telah mengakibatkan penderitaan bagi orang yang kita sayangi Baik karena ucapan kita ataupun candaan yang overlimit . Walaupun kita sudah minta maaf,tapi tetap saja luka batin tidaklah secara serta merta sembuh,setelah minta maaf dan dimaafkan. Atau boleh jadi,saat kita kehilangan barang berharga,terus menuduh seseorang yang melakukannya,tapi ternyata kemudian,bukan dia yang melakukan. Dapat dibayangkan betapa ada 2 hati yang terluka,yakni sahabat baik atau mungkin salah seorang anggota keluarga kita,yang dikira mengambil barang kita,ternyata bukan ia pelakunya.

Orang yang dituduh sudah jelas amat terluka hatinya,karena kita salah menuduh,sementara hati kita sendiri tak kurang parahnya,karena kesalahan yang dilakukan telah melukai hati sahabat baik atau salah satu anggota keluarga kita.Walaupun sudah minta maaf dan dimaafkan,tapi butuh waktu panjang untuk luka hati bisa bertaut dan pulih

Faktor Eksternal

Disisi lain,hal ini boleh jadi terjadi sebaliknya,Dalam hali ini,diri kita yang menjadi "korban" .Baik dituduh melakukan suatu hal yang sama sekali bukan kita pelakunya atau dituduh telah mengambil barang orang lain tanpa hak. Disamping merasa dipermalukan ,hati kita juga terluka secara mendalam karena difitnah oleh orang yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri.Walaupun mungkin Pelakunya sudah minta maaf dan kita sudah memaafkan,tapi untuk menerapkan secara serta merta kalimat:"When I forgive ,I've forgot" sungguh tidaklah semudah itu Butuh waktu berbulan bulan,bahkan bertahun tahun,agar luka hati kita dapat bertaut kembali

Cara Mengatasinya

  • Pertama dan utama adalah menjadikannya pelajaran hidup yang berharga,agar kejadian tersebut janganlah sampai terjadi lagi. 
  • Mengontrol diri untuk agar tidak mengeluarkan kata kata yang dapat melukai hati orang . 
  • Melakukan kontemplasi dan menyadari bahwa obat terbaik dari luka batin adalah memaafkan dengan setulus hati
  • Mengisi waktu dengan berbagai kegiatan positif ,agar pikiran kita jangan sampai terbelenggu oleh rasa sakit 
  • Berusaha membantu orang yang sedang susah,sesuai kemampuan diri 
  • And last but not least,berdoa untuk memohonkan kekuatan agar mampu melupakan sakit hati

Hidup tanpa luka  batin,sungguh merupakan kebahagiaan yang tak ternilai (tjiptadinata effendi)

Semoga tulisan sederhana ini ,ada manfaatnya

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun