Tapi Ujian Belum Selesai
Di Jakarta,sebagai warganegara keturunan Tionghoa,saya masih harus menjalani ujian kelayakan,apakah saya layak untuk diakui sebagai orang Indonesia atau tidak secara de facto,walaupun sesungguhnya secara yuridis formal,kami sekeluarga adalah warganegara Indonesia.Saya beruntung memiliki kulit yang berwarna agak gelap dan rambut yang berbeda dengan kebanyakan rambut orang Tionghoa lainnya. Dan dimana saja saya selalu berbicara dalam bahasa Indonesia,karena memang tidak bisa berbahasa Mandarin,kecuali bilang :"Wo ai ni " atau"Xie xie nin"
Tetapi ternyata,prakiraan saya meleset,dalam setiap pertemuan,sering saya dengar bisik bisik yang cukup keras :"Pak Tjip itu Hitachi " maksudnya adalah diri saya hitam tapi Cina.
Bersyukur Saya dan Isteri  Lulus Ujian
Bersyukur kepada Tuhan, di usia 70 tahun saya sudah diterima secara de facto sebagai orang Indonesia. Kami sudah melakukan perjalanan keliling nusantara dari Sabang hingga Merauke. Â Tidak hanya sekedar berkunjung, tapi bergaul dan berbaur dengan segala suku bangsa. Kami bersyukur semua pintu rumah dan pintu hati terbuka lebar lebar bagi kami berdua. Bahkan kami diundang makan kerumah penduduk di Bandar Aceh yang kata orang merupakan daerah "angker " bagi orang yang bertampang seperti kami .Â
Karena itu sungguh merupakan sebuah kebahagiaan tak terhingga,kami dipanggil dengan sebutan :" Opa,Oma.Ayahanda dan Bunda ,Om dan tante ,yang saya maknai bahwa kami berdua sudah diterima dengan setulus hati. Dan dari lubuk hati terdalam,bila  saya dan isteri menuliskan :"ananda yang kami sayangi"hal ini sungguh keluar dari lubuk hati terdalam dan bukan sekedar basa basiÂ
Karena itu,kami sangat mendambakan bisa kembali pulang ke Indonesia untuk dapat menjumpai semua orang yang menyayangi kami, memeluk mereka dan mengatakan :" ananda yang kami sayangi"
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H